REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Pembangunan 155 unit gedung perpustakaan di sekolah-sekolah dasar di Kabupaten Indramayu, terbengkalai.
Pasalnya, para kontraktor tak mau lagi melanjutkan pekerjaannya karena terkendala minimnya anggaran dari pemerintah.
Padahal, pembangunan gedung perpustakaan itu merupakan program pemerintah pusat yang dibiayai dari dana alokasi khusus (DAK) 2010. Namun, pembangunan gedung perpustakaan di sekolah-sekolah itu rata-rata baru mencapai 60 persen.
Akibatnya, buku-buku perpustakaan yang sudah didatangkan pemerintah pun ikut terbengkalai. "Karena belum selesai, maka gedung perpustakaan jadi tidak bisa dipakai," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Suhaeli, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (17/10).
Suhaeli menjelaskan, pagu anggaran pembangunan gedung perpustakaan bagi 155 SD yang tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Indramayu, mencapai Rp 72 juta per unit. Anggaran tersebut, sepenuhnya untuk pembangunan fisik gedung perpustakaan.
Namun, lanjut Suhaeli, anggaran tersebut tidak bisa mencukupi untuk menyelesaikan pembangunan sampai perpustakaan berfungsi ideal. Dia mengatakan, dibutuhkan anggaran tambahan hingga Rp 45 juta per unit. "Dengan demikian, total kekurangan anggaran untuk menyelesaikan pembangunan seluruh perpustakaan mencapai Rp 8,5 miliar," paparnya.
Suhaeli menjelaskan, pihaknya akan menyampaikan usulan anggaran tambahan tersebut melalui APBD dan APBN. Tak hanya itu, cara lain yang kemungkinan bisa ditempuh yakni dengan pembangunan oleh sekolah secara swakelola. "Namun (jika pilihan ketiga yang diambil), kami minta payung hukumnya terlebih dulu," katanya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Republika, gedung perpustakaan di beberapa SD memang belum rampung. Pembangunan baru mencapai tahap sekitar 50 sampai 60 persen. Bangunan perpustakaan banyak yang belum dipasang lantai keramik, jendela, pintu, dan tembok yang baru sebatas disemen.
Tak hanya itu, kualitas material yang digunakan pun cukup rendah. Seperti misalnya, material kayu yang digunakan untuk struktur atas bangunan diduga menggunakan kayu lokal sehingga berpotensi cepat ambruk.