Jumat 21 Oct 2011 21:12 WIB

Pembelajaran Keaksaraan melalui Aktivitas Sehari-hari

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Chairul Akhmad
Anak-anak membaca bersama. Ilustrasi
Foto: .
Anak-anak membaca bersama. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Memberikan pembelajaran keaksaraan utamanya bagi penduduk usia di atas 50 tahun tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan dan terobosan khusus.

Pembelajaran keaksaraan dapat dikenalkan melalui aktivitas sehari-hari dan diintegrasikan dengan kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya. Seseorang yang tadinya belum mengenal aksara kemudian diajarkan menjahit.

Bersama dengan menjahit itu dikenalkan dengan keaksaraan, sehingga yang ditonjolkan adalah aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi termasuk juga aktivitas budaya.

"Kalau dimulai dari aktivitas keaksaraan terlebih dahulu akan susah terutama bagi usia-usia lanjut," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, usai membuka Puncak Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Ke-46 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jumat (21/10).

 

Menurut M Nuh, setiap anak bangsa harus mampu mengenal karakter yang lazim digunakan untuk berkomunikasi. Di situ pula kenapa pengenalan aksara menjadi tugas bersama.

"Tidak ada alasan ke depan anak bangsa tidak mengenal aksara sebagai bagian dari komunikasi dengan masyarakat. Medianya memang harus dikembangkan lagi, karena seseorang mau belajar itu kalau dia merasa mendapatkan kemanfaatan langsung," jelasnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement