REPUBLIKA.CO.ID,MAJENE--Penyegelan kampus Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) di Kabupaten Majene oleh ratusan mahasiswa Unsulbar telah memasuki hari ketiga, penyegelan akan tetap dilakukan hingga permintaan mahasiswa dipenuhi pihak kampus.
Koordinator aksi penyegelan kampus, Firman di Majene, Rabu, menyatakan, penyegelan dilakukan agar tuntutan mahasiswa segera dipenuhi oleh pihak kampus.
Dia mengaku akan tetap menduduki dan menyegel kampus hingga tuntutan mereka dipenuhi pengelola kampus.
"Kami ingin meminta kejelasan pihak kampus yang telah menjanjikan kepada seluruh mahasiswa untuk mengalihkan Unsulbar menjadi kampus negeri. Janji tersebut telah lama disampaikan akan dipenuhi, namun hingga saat ini tidak ada upaya maupun tindakan nyata yang dilakukan," ungkapnya.
Selain tuntutan itu, dia mengatakan, terdapat beberapa permasalahan yang selama ini dialami oleh mahasiswa, di antaranya adalah proses perkuliahan yang tidak pernah jelas.
Dia menjelaskan, Unsulbar belum memiliki tenaga pengajar yang cukup memadai untuk menanggulangi jadwal kuliah seluruh mahasiswanya.
Masalah akreditasi juga menjadi penekanan. Firman mengaku, dari sembilan fakultas dan 17 jurusan di kampus tersebut, hanya ada satu jurusan yang memiliki akreditasi dari Dirjen Pendidikan Tingkat Tinggi (Dikti) yaitu jurusan D3 keperawatan.
"Itupun, jurusan D3 keperawatan telah mendapat akreditasi sebelum Unsulbar didirikan. Setelah Unsulbar didirikan, barulah jurusan tersebut dikonversi dan tergabung dalam kampus yang diproyeksikan menjadi pusat pengembangan prguruan tinggi negeri pertama di Sulbar itu," terangnya.
Menurut dia, masalah utama yang juga perlu mendapat perhatian adalah sistem pengelolaan keuangan sebab seluruh pembiayaan kampus bersumber dari pembayaran mahasiswa. Salah satu ketidakjelasan adalah biaya praktek sebesar Rp150.000 per mahasiswa, namun sejumlah mahasiswa menganggap bahwa pihak kampus tidak pernah sekalipun menyelenggarakan praktek.
"Sesuai pendataan jumlah mahasiswa yang telah membayar biaya praktek sebanyak 3.521 orang dan setiap semester dibebankan biaya Rp150 ribu. Total anggaran yang tidak jelas penggunaan serta alokasinya sekitar Rp1 miliar lebih dan hal itu perlu penjelasan," ujarnya.
Firman mengaku, masih banyak masalah pengelolaan keuangan kampus yang tidak bisa dipertanggungjawabkan pihak kampus sehingga mahasiswa akan tetap melakukan penyegelan hingga pihak kampus mempertanggungjawabkan dan menuruti permintaannya.
Selama tiga hari penyegelan, tidak ada satupun kegiatan mahasiswa yang dijalankan, termasuk proses belajar mengajar sebab seluruh ruangan dan pintu masuk kampus tersebut ditutup ratusan demonstran.
Sementara, mahasiswa Unasman, Amiruddin mengatakan, pihak kampus harus segera mempertanggungjawabkan tuntutan ratusan demonstran agar proses perkuliahan bisa kembali dilanjutkan sebab dengan penyegelan ini mahasiswa yang telah membayar biaya kuliah merasa kecewa tidak mendapatkan haknya.