REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Pada kuliah tahun ini, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menambah tiga program studi baru. Hal itu telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Penambahan ketiga program studi baru itu meliputi program studi sendra klasik yang terdiri dari pendidikan seni, drama, tari dan musik, program studi vedeo, TV dan film serta program studi desain vision, kata Rektor ISI Denpasar Prof Wayan Rai S, MA didampingi para pembantu rektor dan dekan di lingkungan lembaga pendidikan tinggi seni tersebut di Denpasar, Kamis (16/2).
Ia mengatakan, ketiga program studi itu untuk strata satu(S-1), yang terdiri atas sendra klasik di bawah fakultas seni pertunjukan serta jurusan video, televisi dan film serta desain vision di bawah fakultas seni rupa dan desain.
Pembukaan ketiga program studi baru itu sudah siap menyangkut sumber daya manusia (SDM) tenaga pengajar, fasilitas pendukung dan kurikulum.
Dengan demikian sudah siap menerima mahasiswa baru mulai Juni 2012. Pihaknya segera akan menyosialisasikan ke SLTA di delapan kabupaten dan satu kota di Bali, disamping tidak menutup kemungkinan menampung mahasiswa dari kawasan Indonesia timur.
Pembukaan ketiga program studi baru itu didasarkan atas kenyataan, bahwa Bali dan daerah-daerah lain di Indonesia masih sangat membutuhkan lulusan dari ketiga bidang studi tersebut, ujar Prof Rai.
Dr Ni Luh Sustiawati, M.Pd, dosen ISI Denpasar menambahkan, lulusan program studi pendidikan seni, drama, tari dan musik ISI Denpasar diharapkan bisa memenuhi kebutuhan guru tabuh dan tari dalam jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).
Hal itu didasarkan atas kenyataan muatan lokal untuk bidang studi tabuh dan tari Bali di SD, SMP dan SLTA diajar oleh guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan seni.
Oleh sebab itu lulusan program studi sendra klasik ISI akan sangat diperlukan dalam memenuhi tenaga pengajar bidang seni di seluruh jenjang pendidikan, tutur Ni Luh Sustiawati.