REPUBLIKA.CO.ID, POTIANAK - Pemerhati Pendidikan dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, Dr Aswandi menyatakan, rencana Untan mengganti tugas akhir mahasiswa dari skripsi menjadi jurnal ilmiah dinilai lebih efisien dari hasil tugas akhir mahasiswa sebelumnya.
"Memang Rektor Untan Thamrin Usman berencana untuk menghapus kewajiban membuat skripsi. Sebagai gantinya, mahasiswa harus membuat tugas akhir berupa artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal elektronik online," kata Aswandi di Pontianak, Jumat (24/2).
Ia menjelaskan, rencana tersebut memang menuai pro dan kontra di lingkungan Untan. Namun, dia menyatakan akan menjadi salah seorang yang sangat setuju dengan kebijakan itu. "Mengenai rencana itu, saya sangat setuju, karena dipandang dari segi kualitas, jurnal lebih efisiensi," ujarnya.
Lihat saja, skripsi-skripsi yang numpuk di gudang tidak ada yang mau membacanya. Aswandi mengatakan, penelitian yang diterbitkan pada artikel ilmiah lebih ringkas dan mudah dibaca orang, ketimbang skripsi yang bertele-tele dan memakan kertas yang tidak sedikit.
Apalagi dengan diterbitkan di jurnal online, hasil penelitian tersebut bisa dibaca banyak orang dari seluruh dunia dan manfaatnya lebih banyak bagi pendidikan. "Ini salah satu cara yang bisa menekan penjiplakan. Kalau sudah dipublikasi di internet, orang tidak bisa sembarangan mengambil karya orang lain, lantas mengaku kalau itu karyanya," tuturnya.
Dia menceritakan bahwa selama ini banyak perilaku tidak bertanggung jawab dari mahasiswa yang mengambil karya penelitian dari universitas di Jawa.
Soal kualitas jurnal ilmiah, Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untan itu mengatakan tidak akan jauh berbeda dengan skripsi. Pasalnya, meski berlabel jurnal, tugas akhir ini nantinya prosesnya akan disamakan dengan skripsi.
"Ini hanya bentuk akhirnya saja yang berbeda, tetap ada proses pengajuan judul, bimbingan, proposal, dan sidang. Tapi hasil penelitiannya ditulis lebih ringkas, paling hanya 10 halaman saja cukup," kata Aswandi.