REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta meminta perguruan tinggi melakukan instrospeksi diri.Mengapa selama ini bekal yang diberikannya kepada para sarjana lulusannya tidak diterima pasar.
Menristek mengemukakan hal itu saat menyampaikan orasi pada wisuda sarjana Universitas Mataram di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (25/2), yang dihadiri lebih dari 1.000 wisudawan.
"Peneliti biasanya tertarik sendiri pada suatu hal, lalu menelitinya sendiri, kemudian menikmatinya sendiri, padahal seharusnya hasil penelitiannya bisa dinikmati masyarakat secara ekonomis juga," kata Gusti.
Pria yang sebelumnya merupakan Rektor Universitas Lambung Mangkurat itu juga meminta peneliti mengubah paradigma dalam menghasilkan riset, yakni dari riset sekadarnya menjadi riset yang bernilai ekonomis.
"Janganlah hanya jadi pabrik sarjana yang tak terpakai, paradigma perguruan tinggi harus diubah, yakni bagaimana menciptakan orang yang mandiri dan kreatif, bagaimana membangun kewirausahaan, jangan hanya mencetak pegawai," katanya.
Dikatakan Gusti, suatu negara untuk menjadi makmur harus memiliki wirausahawan minimal dua persen dari jumlah penduduk, sementara wirausahawan di Indonesia masih di angka 0,18 persen pada 2007.
"Harusnya kita memiliki 45,4 juta wirausahawan. Bandingkan pada 2007, wirausahawan di AS mencapai 11,5 persen, sedangkan wirausahawan di Singapura pada 2005 mencapai 7,2 persen," katanya.
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek), ujarnya, kini memiliki program pendanaan riset yang ditargetkan bisa mendorong kreativitas para pemuda dan penciptaan wirausahawan baru. "Mereka yang dapat insentif riset ini, misalnya riset mengenai benih mutiara oleh mahasiswa Unram," katanya.