REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Siswa SMK asal Kabupaten Karawang kalah bersaing di dunia industri otomotif. Padahal, wilayah dengan sebutan lumbung padi tersebut merupakan surga bagi investor. Akan tetapi, serapan tenaga kerja asli lulusan sekolah Karawang masih rendah.
Kepala Sekolah SMK Sunan Gunung Jati Karawang, Mizaq Setiawan, mengatakan, masih rendahnya daya serap lulusan SMK terhadap dunia industri otomotif, salah satunya peralatan praktik yang minim.
Dengan kata lain, sampai saat ini sekolah hanya memiliki peralatan apa adanya. Bahkan, alat yang ada seperti mesin mobil masih menggunakan produk lama. Padahal, setiap tahunnya industri otomotif selalu berkembang. Termasuk soal perubahan mesin kendaraan.
"Siswa kami sulit keterima perusahaan otomotif, karena minimnya pengetahuan tentang komponen kendaraan yang terbaru," kata Mizaq, kepada Republika.
Saat ini saja, lanjut Mizaq, siswa SMK Sunan Gunung Jati mencapai 733 orang. Mereka, seluruhnya tercatat sebagai siswa jurusan teknik kendaraan ringan. Peralatan yang digunakan praktik, sudah tak sesuai dengan perkembangan teknologi kendaraan produk perusahaan otomotif.
Untuk membeli alat baru, lanjut dia, sekolah sangat kesulitan. Karena, bantuan pemerintah sangat minim. Bahkan, ke sekolah swasta bantuan peralatan sangat jarang. Sehingga, satu-satunya cara untuk membeli alat baru hasil swadaya orang tua siswa. Itupun, kalau tidak ada yang komplain.
Diakui dia, lulusan SMK Sunan Gunung Jati yang keterima di salah satu perusahaan otomotif, seperti Toyota sangat jarang. Prosentasinya, satu berbanding 100. Jadi, dari 100 lulusan paling juga hanya seorang yang keterima. Itupun, benar-benar lulusan terbaik.
Sementara itu, Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Edward Otto Karen, mengakui, sampai saat ini lulusan SMK asal Karawang masih sedikit yang keterima di Toyota. Padahal, pabrik Toyota berada di kawasan ini. Setelah ditelusuri, ternyata yang menjadi salah satu penyebabnya karena keterbatasan peralatan praktik yang dimiliki SMK.
"Karena itu, kami berupaya membantu SMK yang ada di Karawang," kata Edward.
Salah satunya, dengan memberikan bantuan. Seperti mobil, knalpot, dan axel mobil, link assy dan sub assy exhaust pipe. Semua peralatan itu, khusus untuk praktik para siswa.
Dengan peralatan tersebut, diharapkan para siswa SMK terutama jurusan teknik otomotif bisa mengenal peralatan yang sesuai standar perusahaan. Jadi, ketika mereka lulus dan mengikuti ujian, tidak akan kaget lagi dengan peralatan tersebut.
"Saat ini, jumlah karyawan Toyota asli Karawang baru 60 persen. Tapi, yang lulusan SMK masih sedikit," kata dia.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karawang, Agus Supriatman, mengatakan, jumlah SMK yang ada di wilayahnya mencapai 69 sekolah. Lulusan SMK tersebut, memang masih sangat sedikit yang diserap di perusahaan otomotif. Paling juga hanya 10 persen dari rata-rata kelulusan.
"Kita akui lulusan SMK Karawang masih minim yang keterima di perusahaan besar," kata Agus.
Salah satu penyebabnya, karena minimnya peralatan praktik. Pemerintah daerah, lanjut Agus, berupaya membantu sekolah. Namun, bantuannya masih minim, yakni Rp 1,2 juta per SMK per tahun. Padahal, idealnya biaya untuk kegiatan praktik jurusan teknik otomotif sebesar Rp 2,4 juta.
Karena anggaran dari pemerintah minim, sambung Agus, pihaknya meminta partisipasi dari pihak swasta. Pasalnya, jika tak dibantu pihak swasta, keberhasilan di dunia pendidikan sulit terealisasi.