REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengevaluasi pemberian label rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) pada sejumlah sekolah di Indonesia. "Ini sedang dievaluasi dan di DPR ada panitia kerja (panja) mengenai RSBI. Persolannya ternyata memang ada sekolah kualitasnya biasa-biasa saja tetapi bayarnya mahal," kata Nasruddin, anggota Komisi X DPR, saat berkunjung ke SMAN 4 Denpasar, Senin (16/4).
Celakanya lagi, ucap dia, begitu ujian nasional (UN) antara sekolah yang menyandang predikat RSBI dengan yang tidak, ternyata hasilnya sama saja. "Ini kan jadi pertanyaan, lantas apa perbedaannya yang RSBI dan yang tidak," tanyanya.
Oleh karena RSBI akan dievaluasi, maka anggarannya sampai sekarang belum bisa dicairkan sebab harus menunggu keputusan di DPR. "Kalau dibekukan secara keseluruhan tentu tidak, namun ada beberapa sekolah yang perlu dievaluasi. Yang jelas, sekolah berpredikat RSBI sampai saat ini terbanyak berada di Pulau Jawa," kata politisi dari Partai Golkar itu.
Dalam kesempatan kunjungannya ke SMAN 4 Denpasar itu, ia juga meminta kepala sekolah tidak lantas mengenakan biaya tinggi kepada siswa-siswinya hanya karena sekolahnya berstatus RSBI dan banyak prestasi nasional maupun internasional yang telah berhasil ditorehkan.
Sementara itu, Puti Guntur Soekarno yang juga anggota Komisi X DPR menilai sejauh ini memang masih banyak hal yang perlu diperbaiki di dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Ia melihat, metodologi pembelajaran selama ini lebih cenderung satu arah, sedangkan untuk metodelogi yang dapat mengajak siswa berpikir kreatif dan inovatif masih banyak kekurangan.
Politisi dari PDI Perjuangan inipun memandang terdapat kelemahan dalam pengalokasian anggaran pendidikan karena lebih banyak dihabiskan untuk anggaran rutin, seperti gaji guru dan pembiayaan gedung sekolah.