REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Layanan pendidikan anak usia dini (PAUD) baru mampu menjangkau 15 juta anak usia dini. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal (Ditjen PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Lydia Freyani Hawadiadahal, jumlah anak usia dini di Indonesia mencapai dari 30 juta orang.
"Setengah lainnya (15 juta anak-red) yang belum bisa mengakses pendidikan menjadi pekerjaan rumah di pemerintah pusat dan daerah," kata Lydia di Jakarta, kemarin. Ia mengatakan tidak mudah untuk mencapai target angka partisipasi kasar PAUD 75 persen pada 2015.
Perhatian terhadap layanan anak usia dini menjadi penting karena generasi anak usia dini sekarang akan berperan pada 20 tahun mendatang ketika Indonesia berusia 100 tahun. Menurut dia, peringatan hari pendidikan nasional tahun ini mengangkat tema "bangkitnya generasi emas", tujuannya agar akses pendidikan anak usia dini menjadi perhatian utama khususnya di daerah-daerah.
"Saya berharap generasi emas ini jadi perhatian utama kepala daerah," katanya. Namun, untuk mewujudkannya diakui Lydia tidak mudah. Semua itu membutuhkan sarana dan prasarana memadai bagi pendidikan anak usia dini. Permasalahan guru PAUD juga menjadi kendala tersendiri.
"Guru PAUD yang sudah S1 saat ini belum banyak. Sementara pengasuh untuk tempat penitipan anak dan pembimbing di kelompok bermain umumnya hanya berijazah SMA. Padahal untuk pengasuh dan pembimbing harus ditambah dengan pendidikan PAUD tingkat dasar minimal," kata Lydia.
Karena itu, untuk menuntaskan pemberian pendidikan tersebut diperlukan juga peran serta masyarakat. "Pemerintah pusat hanya bisa membantu dengan memberi dana rintisan senilai Rp25 juta kepada masyarakat yang membuka layanan PAUD," katanya. Perguruan tinggi juga dimntakan membuka program studi PAUD untuk menghasilkan guru yang dibutuhkan.