Selasa 08 May 2012 12:02 WIB

Belajar di Amerika dengan Beasiswa Penuh Fulbright, Mau ?

Rep: Satya Festiani/ Red: Hafidz Muftisany
Dubes AS Scot Marciel
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Dubes AS Scot Marciel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat mensponsori program beasiswa pertukaran pelajar internasional bernama Fulbright. Program ini diciptakan untuk meningkatkan pemahaman antara pelajar AS dan pelajar dari negara lainnya.

“Fulbright program selalu populer setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu program terbesar di dunia,” ujar Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel, Senin (7/5) petang.

Jumlah peminat beasiswa Fulbright setiap tahunnya selalu meningkat. “Para pelamar semakin berkualitas. Pendanaan pun ditingkatkan,” ujar Scot dalam acara Gala Dinner perayaan 60 tahun Fulbright Program dan 20 tahun kerjasama beasiswa dengan Indonesia.

Ia mengaku senang melihat pelajar Indonesia yang tertarik untuk belajar di AS. Pelamar dari Indonesia pun selalu meningkat setiap tahunnya walaupun sempat turun drastis sejak 9/11. “Para alumni membantu menyebarkan penjelasan bahwa saat ini tidak sulit untuk masuk AS,” ujar Scot.

Ketua Dewan Beasiswa Luar Negeri Fulbright, Tom Healy, berharap jumlah pelamar dari Indonesia semakin bertambah. “Kami sangat senang berbagi ilmu dengan pelajar dari Indonesia,” ujar Tom yang juga pujangga dan penulis Amerika.

Ia menjelaskan program Fulbright ini dibangun atas dasar kepercayaan. Para pelajar yang mengikuti program ini juga akan mempelajari kebudayaan dan bertukar pikiran melalui diskusi dengan pelajar dari negara lainya. “Tema diskusi tahun ini adalah Pemilu dan Demokrasi Amerika karena Amerika sedang menjalani Pemilu,” ujar pria yang mengajar di New York University ini.

Ia menambahkan Fulbright tidak memiliki batasan kuota selama para pelamar memenuhi kriteria dan dana mecukupi. Fulbright pun menawarkan banyak program. “Fulbright adalah program beasiswa yang paling kompetitif dan bergengsi di dunia,” ujar dia.

Para pelajar yang mengikuti program beasiswa Fulbright ini akan didanai sepenuhnya. “Dengan Indonesia, pendanaannya menggunakan kerjasama antar pemerintah,” ujar Wakil Asisten Menlu AS untuk Program Akademik, Biro Pendidikan dan Kebudayaan, Meghann Curtis. Pengelola program Fulbright untuk Indonesia adalah American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF).

Saat ini program Fulbright diikuti oleh 160 negara. Indonesia adalah program paling besar di Asia Pasifik. “Indonesia juga program terbesar kelima di dunia,” ujar Curtis

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement