REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Badan Search and Rescue (SAR) Kota Padang mengharapkan pelatihan SAR dapat dijadikan program ekstrakurikuler di sekolah. Cara itu dinilai bisa mengoptimalkan kinerja tanggap bencana.
"Setiap sekolah pasti memiliki ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, paskibra, dan akan lebih baik jika ada pendidikan SAR dalam ekstrakurikuler tersebut," kata Kepala SAR Padang Djonny Sitorus di Padang, Senin (25/5).
Ia menilai, pendidikan SAR tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk pelatihan dan pengenalan tata cara tanggap bencana sedini mungkin. Bentuknya, imbuhnya, bisa diterjemahkan dalam pembelajaran ekstrakulikuler di SD hingga SMA.
Meski Pendidikan Kebencanaan diwacanakan masuk dalam kurikulum sekolah terutama di daerah-daerah yang rawan bencana, namun pendidikan tersebut masih bisa dikuatkan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Bentuk ini memudahkan karena tidak permanen.
"Dalam ekstrakurikuler, pendidikan yang diperlukan dapat diubah sewaktu-waktu, tergantung lokasi geografis sekolah," katanya. Ia menambahkan, jika ini bisa dimasukkan ke dalam kurikulum di seluruh sekolah akan lebih baik karena pendidikan SAR itu wajib diikuti siswa tidak hanya di daerah yang rawan bencana.
"Tetapi secara geografis, rata-rata daerah di Indonesia memang rawan bencana," katanya. Oleh sebab itu, potensi bencana yang ada harus disikapi dengan seksama, apalagi pemerintah melalui Basarnas menghendaki SAR menjadi bagian dari pembelajaran ekstrakulikuler di setiap sekolah.
Dalam praktiknya, siswa diharapkan mendapatkan pelatihan atau semacam pendidikan mengenai tata cara menyelamatkan diri saat ada bencana. Mereka juga dilatih enggunakan alat tertentu untuk mengatasi bencana atau hal-hal yang bersifat antisipasi lainnya.
Dengan begitu, upaya ini berdampak positif ke depan, dan paling tidak bisa menekan angka korban setiap kejadian atau bencana.
"Jadi SAR sudah merancang Program "SAR Goes to School" (SAR Masuk Sekolah) di mana petugas akan memberikan pelatihan-pelatihan di sekolah terkait penanggulangan bencana," kata Djonny.