REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang, Jumat menggelar unjuk rasa menolak penerapan tarif tunggal atau satu komponen biaya perkuliahan yang akan diterapkan di perguruan tinggi.
Para mahasiswa dari berbagai fakultas itu melakukan "long march" dari Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Undip menuju Rektorat untuk menyampaikan sikap penolakannya terhadap rencana penerapan tarif tunggal di perguruan tinggi.
Menurut Zulfikar, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip yang mengikuti aksi tersebut, penerapan tarif tunggal itu pada akhirnya justru akan merugikan mahasiswa karena membuat biaya kuliah kian mahal.
"Sistem pembayaran sekarang ini, mahasiswa memang dibebani biaya seperti sumbangan pengembangan institusi (SPI), praktikum, responsi dan kegiatan Pendukung (PRKP) yang biasanya dibayar di depan," kata mahasiswa angkatan 2007 itu.
Setelah itu, kata dia, mahasiswa masih dibebani sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) setiap semester, namun besarannya relatif kecil sehingga tidak memberatkan mahasiswa dalam memenuhi komponen pembayaran tersebut.
Namun, ia mengatakan, dengan penerapan tarif tunggal seluruh komponen biaya perkuliahan, seperti SPP, PRKP, dan SPI ditotal dan dibagi rata setiap semester sehingga biaya setiap semester yang harus dibayar menjadi besar.
"Kalau dulu kami setiap semester hanya diwajibkan membayar SPP sekitar Rp 1 juta, dengan tarif tunggal ini setiap semester jadi mahal. Untuk FISIP sekitar Rp 3-4 juta, bahkan fakultas hukum sampai Rp 6-7 juta/semester," katanya.
Karena itu, kata Zulfikar, para mahasiswa yang peduli dengan pendidikan murah melakukan aksi penolakan atas rencana penerapan tarif tunggal itu, karena tidak sesuai dengan semangat menciptakan pendidikan yang murah.
Sementara itu, Rektor Undip Prof Sudharto P. Hadi yang langsung menemui mahasiswa menyatakan sepakat dengan semangat untuk mewujudkan pendidikan murah, namun penerapan tarif tunggal adalah kebijakan yang harus dilaksanakan.
"Kami sepakat dengan kalian (mahasiswa, red.). Bahwa yang ditolak oleh mahasiswa bukan semata-mata menolak tarif tunggal, namun bagaimana menerapkan biaya kuliah tunggal yang murah," katanya disambut tepuk tangan mahasiswa.