Sabtu 02 Jun 2012 10:42 WIB

Keren, Universitas Exeter Buka Kajian Indonesia

Universitas Exeter
Foto: PA
Universitas Exeter

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Studi mengenai Indonesia mulai diselenggarakan di kampus-kampus luar negeri. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Mohammad Nuh meresmikan pendirian Kajian Indonesia di Universitas Exeter , Inggris.

Kajian Indonesia dituangkan di dalam Letter of Intent yang ditandatangani Dirjen Dikti, Prof. Djoko Santoso dan Senior Deputy Vice Chancellor Prof. Neil Armstrong, ujar Atase Pendidikan di London, Prof Fauzi Soelaiman, di London, Sabtu (2/6).

Mendikbud menyatakan penandatanganan itu merupakan titik dimana kedua belah pihak maju ke depan untuk mengembangkan Kajian Indonesia. "Tidak ada ruang untuk kembali ke belakang," ujarnya.

Kemdikbud melalui Direktorat Pendidikan Tinggi menawarkan beberapa program yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan seperti pertukaran pengajar melalui program SAME (Scheme for Academic Mobility and Exchange).

Skema ini dapat diperluas menjadi Visiting Fellow selama satu atau dua tahun bagi dosen-dosen di Indonesia melakukan penelitian sekaligus mengajar materi-materi mengenai Indonesia. Kerja sama jug meliputi pertukaran mahasiswa Indonesia dan Exeter.

Pihak Direktorat Pendidikan Tinggi, ujar Sekretaris Direktorat Pendidikan Tinggi, Dr. Harris Iskandar, memberikan kesempatan seluasnya kepada mahasiswa di Exeter untuk mempelajari Indonesia, baik bahasa maupun budaya, melalui program Dharmasiswa yang setiap tahunnya mengalokasikan 1.000 beasiswa kepada mahasiswa asing.

Pendirian Kajian Indonesia di Universitas Exeter dinilai strategis. Pasalnya, universitas tersebut memiliki Institute of Arab and Islamic Studies yang memiliki reputasi yang sangat baik di Inggris dalam kajian Dunia Islam, khususnya Timur Tengah yang akan menjadi payung bagi Kajian tersebut.

Perubahan politik di beberapa negara penting kawasan itu memberikan peluang bagi meningkatnya perhatian dan kajian terhadap dunia Islam dan masuknya Indonesia di dalam kajian-kajian tersebut akan memberikan sumbangan bagi perubahan sosial politik yang sedang terjadi di Timur Tengah.

Syahrul Hidayat, PhD yang turut membidani lahirnya kajian mengenai Indonesia di Exeter ini, mengatakan: "Pengalaman-pengalaman Indonesia dalam melalui proses perubahan politik menuju demokrasi yang lebih mapan menjadi nilai lebih daya tarik Indonesia dalam konteks kajian Islam secara lebih luas."

Selain penelitian dan pengajaran mengenai Indonesia, Kajian tersebut juga akan memperkenalkan budaya Indonesia melalui kelas pengajaran Bahasa Indonesia dan pameran benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan produk budaya masyarakat Muslim Indonesia. Diharapkan Kajian Indonesia di Exeter ini akan memiliki program studi yang menawarkan gelar untuk tingkat bachelor maupun master.

Univesitas Oxford

Mendikbud juga mengunjungi Universitas Oxford dan disambut oleh Vice Chancellor Prof. Andrew Hamilton yang menyatakan kegembiraannya atas kunjungan Menteri dan berharap lahirnya kerja sama yang lebih kongkrit. Salah satu College yang menyatakan minatnya untuk membuka program kajian mengenai Indonesia adalah Green Templeton College.

College yang pernah menjadi tempat belajar Margaret Tatcher ini menawarkan sebuah gagasan pendirian Kajian Asia Tenggara yang selama ini absen di universitas-universitas terkemuka di dunia, termasuk Oxford.

Berbeda dengan Exeter yang menekankan kepada kajian masyarakat Indonesia dengan sudut pandang kajian Islam, Oxford menawarkan sebuah studi multi disiplin yang berbasiskan kepada kesehatan.

Walaupun demikian, studi ini akan mengembangkan kajian yang melibatkan ahli sosial, terutama antropologi kesehatan dan linguistik. Salah satu implementasi dari kajian kesehatan di Indonesia yang bertempat di Oxford adalah penelitian mengenai malaria yang dilakukan oleh Prof. Simon Hay yang telah secara formal dibakukan dalam Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU).

Gagasan ini disambut Mendikbud dan berharap dapat dituangkan dalam konsep kegiatan yang memiliki kesesuaian dengan program yang dimiliki oleh Kemdikbud. Prof Fauzi Soelaiman, Atase Pendidikan di London akan bekerja bersama Oxford untuk merumuskan kerja sama antara kedua belah pihak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement