REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Sebanyak 15 mahasiswa putra asli Provinsi Papua dan Papua Barat diterima Institut Teknologi Bandung dari hasil seleksi program afirmatif. Program tersebut merupakan kerja sama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B).
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB, Kadarsyah Suryadi di Bandung, Rabu (5/9), mengatakan 15 mahasiswa program afirmatif yang bertujuan mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas untuk masa depan Papua dan Papua Barat tersebut dikategorikan sebagai penerima beasiswa bidik misi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Namun para penerima beasiswa bidik misi dari program afirmatif ini tidak harus dari kalangan tidak mampu, yang penting mereka putra asli Papua," ujar Kadarsyah.
Ke-15 mahasiswa yang terdiri atas sembilan mahasiswa Papua dan enam mahasiswa Papua Barat tersebut baru diterima dan didaftarkan sebagai mahasiswa ITB pada awal September 2012 ketika mahasiswa baru tahun akademik 2012 sudah dua pekan menjalani kuliah.
Kadarsyah menjelaskan keterlambatan mereka mengawali kuliah di ITB karena seleksi yang dilaksanakan oleh tim dari Universitas Hassanudin, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universias Cendrawasih, Universitas Papua, dan UP4B baru dilaksanakan pada Juli 2012.
Penentuan kelulusan untuk para peserta program afirmatif itu baru dilaksanakan pada 4 Agustus 2012 dan penyerahan calon mahasiswa kepada 32 PTN di seluruh Indonesia yang mengikuti program afirmatif itu baru dilaksanakan sejak 31 Agustus 2012. "Jadi mereka memang terlambat dua pekan untuk mengikuti perkuliahan di ITB," ujar Kadarsyah.
Karena itu, lanjut dia, ITB menyediakan program kakak asuh bagi para mahasiswa tersebut untuk memberi bimbingan dalam bidang akademik maupun non akademik. ITB juga memiliki klinik pendidikan bagi mahasiswa yang merasa membutuhkan bimbingan tambahan di luar jadwal kuliah.
Sekitar 15 mahasiswa Papua dan Papua Barat yang diterima di ITB terbagi dalam tiga jurusan program studi yaitu teknik mesin, teknik sipil, dan teknik elektro masing-masing sebanyak lima orang. Kadarsyah menjelaskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan bahwa ITB menerima mahasiswa program afirmatif hanya untuk tiga jurusan tersebut.
Program afirmatif menyediakan kuota 1.016 mahasiswa putra asli Papua dan Papua Barat untuk kuliah di 32 PTN di seluruh Indonesia namun jumlah pendaftar hanya 842 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 747 mahasiswa Papua dan Papua Barat dinyatakan lulus seleksi dan diterima di 32 PTN di seluruh Indonesia dengan 40 jenis program studi.
"Program studi yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud untuk dipilih oleh mahasiswa peserta program afirmatif itu disesuaikan dengan kebutuhan sumber daya manusia untuk pembangunan Papua dan Papua Barat," tutur Kadarsyah.
Salah satu peserta program afirmatif asal Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, Muhammad Braen Kuhwor mengaku senang dan bangga diterima di ITB. Namun, ia mengaku sedikit bingung karena sebenarnya berminat kuliah di jurusan teknik sipil yang menjadi pilihan pertama ketika mendaftar program afirmatif tetapi diterima pada jurusan teknik mesin yang menjadi pilihan kedua. "Tetapi saya akan mencoba menyesuaikan karena sudah jauh-jauh datang ke sini," ujarnya.
Brian berniat untuk lulus kuliah tepat waktu selama 4 tahun dan kembali ke Fakfak untuk membangun kampung halamannya. Para mahasiswa program afirmatif yang diterima ITB mendapatkan uang saku Rp950 ribu per bulan untuk kebutuhan makan, transportasi, dan tempat tinggal. Mereka ditempatkan di asrama ITB dengan biaya Rp250 ribu per bulan dan dibebaskan dari biaya kuliah per semester serta biaya admininistrasi lainnya.