REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Sosial Budaya Universitas Indonesia (UI), Devie Rachmawati mengatakan perlu tindakan sistematis guna mengatasi masalah perkelahian pelajar.
"Harus ada tindakan tegas dan bertanggung jawab dalam mengatasi masalah ini. Misalnya dengan pemindahan lokasi. Karena kalau hanya dilerai tidak dapat menyelesaikan masalah," jelasnya di Jakarta, Kamis (27/9).
Ia mengatakan memisahkan secara fisik merupakan cara ampuh melerai tradisi tawuran pelajar. Selain itu bisa juga dilakukan dengan membedakan jam belajar, sehingga mereka tidak akan saling bertemu ketika pulang sekolah.
Menurut dia tawuran terjadi karena persoalan identitas. Artinya, mereka belum dikatakan sebagai bagian dari sekolah jika tidak solider tergabung dalam perkelahian tersebut. "Murid laki-laki tidak dianggap sebagi bagian dari sekolah. sehingga mereka ikut terlibat dalam rangka menunjukkan identitas," tukasnya.
Sebelumnya aksi tawuran antarpelajar yang melibatkan pelajar SMAN 70 dengan SMAN 6 Jakarta pada Senin (24/9). Dalam tawuran tersebut siswa SMAN 6 tewas akibat luka bacok di bagian dada.
Pada Selasa tawuran juga terjadi di akwasan Manggarai Jakarta Selatan antara siswa SMA Kartika Zein dengan siswa SMK Yayasan Karya 66 yang mnewaskan seorang siswa SMK bernama Deni. Tawuran juga terjadi terjadi antara pelajar SMK Baskara dengan SMK Pancoran Mas, Kota Depok dan satu orang juga tewas.