Sabtu 13 Oct 2012 14:31 WIB

Belum Semua RS Pendidikan Beroperasi

Rep: yulianingsih/ Red: Taufik Rachman
Rumah Sakit (Ilustrasi)
Foto: mtanz.org.nz
Rumah Sakit (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron Mukti mengatakan, belum semua rumah sakit pendidikan atau rumah sakit akademik (RSA) di Indonesia berfungsi secara maksimal. Bahkan ada diantaranya yang belum beroperasi.

Saat ini, ada 19 unit RSA dibawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari jumlah itu ada yang baru mengajukan izin untuk beroperasi. "Ada juga yang sudah beroperasi lalu berhenti dan ada yang sudah beroperasi meskipun belum maksimal," ujarnya usai mengunjungi RSA Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (13/10).

Diakuinya, keberadaan RSA sangat diperlukan dalam rangka menghasilkan dokter dan tenaga kesehatan lain yang memiliki kompetensi dan standar yang diperlukan. Kompetensi standar ini bukan hanya untuk memenuhi tuntutan nasional tetapi juga global.

RSA sendiri kata dia, merupakan wahana untuk proses penggemblengan tenaga kesehatan terutama dokter sehingga standar kompetensi bisa terpenuhi. RSA bukan hanya untuk pembelajaran, tapi juga untuk pendidikan dan penelitian.

Pengembangan RSA, kata Ali Gufron, seringkali terkendala banyak hal antara lain sumber daya manusia. Apalagi kata dia, ada moratorium pegawai negeri sipil. Meskipun kementrian kesehatan dan kementrian pendidikan dan kebudayaan masih memiliki keleluasaan untuk pengangkatan pegawai, namun hal tersebut belum sesuai yang diharapkan. Kendala lain adalah masalah anggaran dan administrasi keuangan.

RSA UGM yang dibuka sejak 2 Maret 2012. Pasien di RS ini terus meningkat. Pada September lalu jumlah pasien rawat jalan mencapai 422 pasien atau naik 200 persen dari saat dibuka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement