REPUBLIKA.CO.ID,The John Lennon Educational Tour Bus adalah studio musik berjalan. Proyek nirlaba ini yang sebagian didukung oleh janda John Lennon, Yoko Ono, adalah sebuah persembahan untuk mendiang anggota kelompok The Beatles yang dibunuh tanggal 8 Desember 1980.
Bis ini melakukan perjalanan mengelilingi Amerika untuk memberi kesempatan kepada anak-anak muda untuk belajar, menyusun, tampil, merekam dan membuat lagu-lagu serta video musik.
The John Lennon Educational Tour Bus sudah melakukan perjalanan selama 10 bulan dalam setahun sejak tahun 1998, mengunjungi sekolah-sekolah, perguruan tinggi, pusat-pusat masyarakat dan festival-festival musik.
Tur tahun ini bertepatan dengan ulang tahun ke-70 John Lennon, dan disponsori oleh Mont Blanc, pembuat alat-alat tulis yang eksklusif. Perusahaan itu membuat pulpen edisi spesial John Lennon dan juru bicaranya, Jan-Patrick Schmidt, mengatakan proyek mendukung tur bis ini sangat tepat.
Tur bis yang terbaru dimulai pada bulan Oktober lalu. "Sejak kami mulai dari New York, tur bis ini sudah ke Las Vegas, Los Angeles, Houston dan Miami. Dan bis ini sebenarnya akan tur beberapa kali ke seluruh Amerika selama satu tahun," ungkap Schmitz. "Kami telah sepakat dengan sekolah-sekolah untuk memarkir bis di halaman sekolah atau di depan sekolah."
"Sebelumnya saya berpendapat tidak mungkin ada studio rekaman profesional di dalam bis, yang muat di tempat parkir sekolah kami dan ternyata saya benar-benar keliru," kata Linda Riehl yang bekerja untuk para murid dan guru-guru di Sekolah Menengah Grady di Houston, Texas dimana bis musik itu singgah.
"Bis itu datang pagi-pagi bersama musisi profesional yang mau bekerja bersama para murid kami dan menyalurkan bakat-bakat terpendam yang kami tahu mereka miliki. Saya rasa mereka kini menyadari bahwa mereka juga mempunyai bakat."
Delapan siswa yang sudah bermain musik selama sekurangnya dua tahun, dipilih untuk ikut dalam pengalaman musikal ini. Reihl mengatakan pengalaman itu sangat luar biasa.
"Kami membuat lagu dari dasar disertai lirik dengan komputer menggunakan semuanya. Kami sebenarnya memainkan instrumen kami di hampir semua bagian," kata Riehl. Dyllon Johnson siswa kelas tujuh, pemain perkusi, mengatakan, teman-temannya ingin mengetahui semuanya mengenai pengalamannya itu.
"Setiap hari mereka datang dan bertanya pada saya, "Dyllon, bis apa itu yang ada di tempat parkir? Saya kira bis ini sangat banyak membantu saya dalam membuat dan menulis musik. Saya sebenarnya menulis dua atau tiga lagu setelah itu," jelas Johnson.
Bekerja dengan para musisi di bis itu juga sangat besar pengaruhnya pada Jordyn Pursell, seorang pemain klarinet berusia 13 tahun.
"Ketika pertama kali saya masuk kesana, saya sangat malu-malu, tapi mereka sangat baik sehingga saya tidak malu-malu lagi. Sekarang saya sudah mengalaminya, saya ingin melihat seperti apa studio rekaman lainnya. Saya hanya ingin terus bermain clarinet," ungkap Pursell.
Setelah mendapat pengalaman khusus dalam mencipta dan merekam musik, para siswa mengatakan, mereka memimpikan suatu hari kelak mereka akan menjadi musisi, yang bisa menyentuh dan menginspirasi hidup orang banyak, seperti halnya John Lennon.