REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 8 Semarang, Jumat (25/2), mengujikan membatik sebagai mata pelajaran dalam ujian sekolah bagi siswanya yang duduk di kelas XII. Puluhan siswa terlihat berkumpul di salah satu ruangan kelas, sembari membentuk kelompok dan menyiapkan berbagai perangkat untuk membatik didampingi guru pembimbing mata pelajaran itu.
Setelah semua peralatan membatik siap, para peserta ujian mulai melakukan serangkaian proses pembuatan, dari membuat pola batik, mencanting, mengoleskan malam, sampai pencelupan kain di akhir proses. Christine Yulianti, salah satu peserta ujian mengaku tertarik dengan mata pelajaran membatik, karena bisa mengetahui dan memahami berbagai proses pembuatan batik, terutama batik Semarangan.
"Prosesnya lumayan rumit, namun sebelum ujian ini kan sudah dijelaskan secara rinci bagaimana prosesnya, termasuk praktik melalui selembar kain kecil," kata siswa kelas XII Multimedia 1 SMK Negeri 8 Semarang itu.
Kegiatan membatik itu, kata Christine, merupakan ujian praktik sekolah yang diujikan semester yang diikuti oleh seluruh kelas XII, mulai dari jurusan Pekerjaan Sosial, Rekayasa Perangkat Lunak, dan Multimedia. Subiyanti, Guru Koordinator Kewirausahaan SMK Negeri 8 Semarang yang mendampingi peserta ujian mengatakan, membatik merupakan mata pelajaran yang dipilih dalam bidang kewirausahaan pada tahun ini.
"Setiap tahun mata pelajaran kewirausahaan diganti, tahun lalu budi daya jamur, kalau tahun ini kami pilih membatik. Kami ingin membidik pangsa batik, terutama batik Semarangan agar lebih dikenal luas," katanya.
Terkait motif batik dalam ujian itu, Subiyanti mengaku membebaskan siswa sesuai kreativitasnya, namun memang lebih memprioritaskan motif batik Semarangan, seperti Tugu Muda, Wingko, dan Asem. Ia mengatakan upaya pengenalan batik Semarangan juga tengah digalakkan pemerintah kota setempat, yakni dengan mewajibkan pakaian batik bagi pegawai negeri sipil (PNS) pada hari-hari tertentu.
"Itu peluang wirausaha yang bisa dikembangkan lebih luas, karena tingkat permintaan batik akan terus bertambah. Diharapkan, siswa bisa menangkap peluang itu dengan sebaik-baiknya," katanya.
Sementara itu, Kepala SMK Negeri 8 Semarang, Bambang Tjiptadi mengatakan kegiatan membatik itu merupakan inisiatif sekolah dalam menangkap peluang dan mengembangkan kreativitas siswa. "Jumlah siswa yang mengikuti ujian praktik membatik ini sebanyak 281 orang yang terbagi dalam delapan kelas, masih ditambah siswa dari tiga SMK lain yang ujiannya menginduk di sekolah ini," katanya.
Ia menyebutkan tiga SMK yang menginduk itu adalah SMK Palebon, SMK Palapa, dan SMK Triatmajaya Semarang, kebetulan ada jurusan sekolah itu yang belum terakreditasi sehingga ujiannya menginduk SMK Negeri 8. Untuk pemilihan mata pelajaran batik dalam ujian praktik tahun ini, ia mengatakan memang ditujukan untuk mengembangkan potensi batik Semarangan sebagai salah satu bentuk kearifan lokal setempat.
"Dengan kegiatan membatik, sekaligus sebagai ujian akhir ini, kami berharap para siswa bisa lebih mengenali potensi yang dimiliki daerahnya sehingga bisa mengembangkannya secara lebih luas," kata Bambang.