REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG—Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang diharapkan mampu menjadi kampus yang memiliki daya saing global. Oleh karena itu, Unissula harus mampu mengembangkan diri dalam menyiapkan sumber daya insani (SDI) yang memiliki kualitas dan kompetensi global.
Hal itu dapat dilakukan dengan memperbanyak terobosan- terobosan, baik dalam bidang dan lingkup keilmuan serta implementasi teknologi yang menunjang peningkatan kualitas lulusan.
“Dengan begitu, kualitas Unissula tidak akan ketinggalan dengan universitas lain,” ungkap Ketua Dewan Penasehat Ikatan Alumni (IKA) Unissula, Marwan Effendy pada Reuni Akbar Unissula, Kamis (15/11).
Menurut Marwan, terobosan ini sudah menjadi sebuah tuntutan. Sebagai bagian dari lembaga pendidikan tinggi yang berperan dalam menyiapkan generasi bangsa ke depan, Unissula harus bisa menjadi universitas yang bermartabat dan berdaya saing.
Karena dasar- dasar keilmuan dan spiritual yang telah dibangun selama ini. “Untuk mencapai tahapan tersebut, IKA Unissula memiliki komitmen bersama untuk mendukung pengembangan Unissula sebagai kampus yang lebih diperhitungkan,” jelasnya.
Pandangan senada disampaikan Ketua IKA Unissula, Jawade Hafidz. Menurut Jawade, Dalam mengembangkan terobosan keilmuan juga harus dilakukan selektif dan efektif. “Yang paling penting, terobosan ini sangat menunjang perngembangan kampus. Sehingga Unissula mampu memberdayakan diri sebagai kampus yang berdaya saing,” tegasnya.
Rektor Unissula, Laode M Kamaluddin dalam pidatonya menegaskan, pergeseran lingkungan global dari Eropa ke Asia, bukan semata karena alasan faktor ekonomi.
Di luar itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) juga menjadi faktor utamanya. “Artinya, Unissula juga memiliki kewajiban moral untuk menjawab tantangan peradaban global ini,” tegas Rektor Unissula.
Dalam tiga tahun belakangan ini terakhir sudah dapat dirasakan perubahan yang cukup signifikan dalam proses pendidikan di kampus Unissula. Selain memiliki keunggulan --karena kekhasan yang berbasis pada keimanan—Unissula juga telah melakukan migrasi dari sistem pendidikan analog ke digital.
“Tahun lalu, hanya 10 persen warga kampus yang melek teknologi informasi (TI). Kini hanya tinggal 10 persen saja yang belum melek TI ini,” tegas Laode, dalam reuni akbar bertajuk Home Coming Day 2012 ini.