REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Universitas Diponegoro Semarang menambah tiga guru besar dari tiga fakultas berbeda, yakni Fakultas Teknik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Fakultas Ilmu Budaya.
"Persyaratan calon guru besar sekarang memang lebih ketat. Alhamdulillah, tiga guru besar ini lolos, dari total 12 nama yang kami usulkan," kata Rektor Undip Prof Sudharto P. Hadi di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Ketiga guru besar itu, yakni Prof Athanasius Priharyoto Bayuseno (Fakultas Teknik), Prof Agus Hartoko (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan), dan Prof Iriyanto Widisuseno dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB),
Menurut dia, persyaratan ketat untuk calon guru besar yang ditetapkan Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain persyaratan membuat jurnal internasional.
Dengan bertambahnya tiga guru besar tersebut, ia menyebutkan saat ini Undip telah memiliki sebanyak 193 guru besar dari berbagai fakultas, dan yang masih aktif hingga sekarang ini ada 95 guru besar.
"Kami berharap kehadiran guru besar baru ini bisa memberikan kemajuan di bidang keilmuan yang dimiliki Undip, sekaligus mereka menjadi 'role model' (panutan) bagi dosen-dosen yang lain," kata Sudharto.
Agus Hartoko yang menjadi guru besar ke-192 Undip dan ke-13 FPIK Undip mengangkat pidato ilmiah tentang oseanografi dan konservasi sumber daya perikanan, antara lain konservasi fosil dan vegetasi pantai.
Ia mengungkapkan selama ini masih banyak potensi perikanan dan kelautan di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal, padahal kekayaan alam laut yang dimiliki nusantara sangat melimpah.
"Banyak juga potensi ikan spesies baru yang selama ini belum pernah ditemukan yang hidup di perairan Indonesia, misalnya di Teluk Triton, Kaimana, Papua. Ini potensi besar yang belum dikembangkan," kata Agus.
Sementara itu, Iriyanto Widisuseno dari FIB yang menjadi guru besar ke-193 Undip mengangkat pidato ilmiah tentang "Peran Filsafat Dalam Menyelesaikan Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan".
"Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini dihadapkan pada dua kendala, yakni kecenderungan terjadinya spesialisasi keilmuan dan melemahnya kerangka dasar penguat eksistensi ilmu pengetahuan," katanya.
Akibatnya, kata guru besar keenam FIB Undip itu, ilmu pengetahuan dewasa ini banyak yang berkembang tanpa merasa perlu intervensi kaidah di luar ranah keilmuannya, baik kaidah etika, moral, dan agama.
Dari Fakultas Teknik, Athanasius Priharyoto Bayuseno yang menjadi guru besar ke-191 Undip mengangkat pidato ilmiah tentang "Penerapan Teknologi Hidrothermal Di Dalam Rekayasa Bahan Baku Keramik".
"Penerapan teknologi hidrothermal ini lebih ramah lingkungan dan sangat cocok untuk pengolahan limbah padat. Ini menjadi peluang dan tantangan bagi industri pengolahan mineral dan sampah nasional," katanya.