Rabu 06 Feb 2013 12:00 WIB

Unesa Luluskan Dua Doktor Sastra

Universitas Negeri Surabaya
Universitas Negeri Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Universitas Negeri Surabaya (Unesa) meluluskan dua doktor bidang sastra yakni Dr Sutejo dan Dr Hetty Purnamasari dalam ujian terbuka di kampus Ketintang, Surabaya, Rabu.

Pada pengukuhan tersebut Dr Sutejo yang dikenal sebagai penulis buku dan artikel yang produktif dan sehari-hari sebagai dosen Kopertis di STKIP PGRI Ponorogo, Jatim, itu mempertahankan disertasi berjudul "Trilogi Novel Syaikh Siti Jenar Karya Agus Sunyoto (Kajian Etnosufistik)".

Sementara Hetty yang merupakan dosen FKIP di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya mempertahankan disertasi berjudul "Dimensi Fisik, Sosial, dan Psikis Tokoh dalam Trilogi Drama Opera Kecoa Karya N Riantiarno".

Salah satu dosen penguji dari luar Unesa Prof Dr Soediro Satoto memuji disertasi Dr Sutejo karena mampu memadukan berbagai cabang keilmuan dengan menggunakan pendekatan yang baru, yakni etnosufistik.

"Dalam disertasi harusnya seperti karya Pak Tejo ini, yakni ada penemuan baru, seperti etnosufistik. Disertasi ini tidak hanya berbicara hal-hal yang sudah ada. Metode etnosufistik ini merupakan pendekatan yang integratif antara sufisme dengan etnografi untuk melihat hal-hal yang berkaitan dengan sastra," kata guru besar emeritus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini.

Menurut dia, kajian tentang sufisme yang dikaitkan dengan etnografi ini tergolong kajian berat, namun Sutejo mampu melakukan karena dianggapnya sekaligus sebagai pelaku dari dua aspek penelitian tersebut. Karenanya dalam disertasi ini wajar kalau bahasannya sangat detil.

"Tujuan pendidikan itu kan bukan hanya pengetahuan. Ada pengetahuan, pemahaman kemudian pengamalan," katanya.

Sementara Sutejo menjelaskan bahwa dari hasil penelitian terhadap novel Agus Sunyoto yang sebenarnya ada tujuh seri, namun bisa dikelompokkan ke dalam tiga kategori tersebut menunjukkan bahwa Islam yang dipahami oleh Syaikh Siti Jenar sangat komprehensif dengan sufisme yang mendalam.

"Contohnya soal rukun Islam. Syaikh Siti Jenar memaknainya dengan sangat dalam hingga menjadi lelaku keseharian. Makanya Syaik Siti Jenar itu mengenal namanya shalat daim. Shalat sepanjang hari. Yakni dengan mengamalkan makna yang terkandung dalam shalat untuk laku kemanusiaan, seperti penghargaan tanpa pangkat atau jabatan," katanya.

Demikian juga dengan puasa. Puasa, selain yang ditentukan secara syariat bermakna menahan diri. Selain puasa yang telah ditentukan, dalam konteks kekinian, umat Islam diajarkan untuk menahan diri atau tidak melakukan hal-hal yang dilarang.

"Misalnya ada kesempatan selingkuh, tapi tidak dilakukan. Ada kesempatan korupsi tapi mampu menahan diri, itu juga bermakna puasa dalam ajaran Syaikh Siti Jenar," kata pemenang sejumlah lomba penulisan buku tingkat nasional ini.

Pada ujian terbuka tersebut Dr Sutejo maupun Dr Hetty Purnamasari sama-sama mendapat predikat sangat memuaskan.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement