REPUBLIKA.CO.ID,SUMBAWA -- Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini meletakkan batu pertama gedung Fakultas Teknobiologi dan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (21/3).
Menteri PDT juga menyumbang dana Rp 300 juta untuk membantu operasional kampus yang baru mulai membuka pendaftaran mahasiswa tahun akademik 2013/2014.
Helmy Faishal Zaini mengharapkan, keberadaan kampus teknologi di Sumbawa yang pertama itu bisa berkontribusi melahirkan tenaga sumber daya manusia (SDM) unggul. Ia mengaku prihatin, Sumbawa yang dikenal sebagai penghasil emas dan kaya akan sumber daya alam (SDA) masuk ke dalam daerah tertinggal.
Hal itu dinilainya ironis lantaran indeks pembangunan manusia di Sumbawa di bawah standar nasional sebesar 72. "Ini menandakan perlunya pembangunan di berbagai sektor di Sumbawa, dengan menggali segala potensi kekayaan alam, termasuk pendidikan warga," kata Helmy.
Rektor UTS Zulkieflimansyah menjelaskan, kampusnya terdiri enam fakultas dan 11 program studi (prodi). Karena ingin memberikan jaminan kualitas, pihaknya hanya menerima 10 mahasiswa terbaik yang lolos seleksi setiap prodi dari seluruh penjuru Tanah Air.
Sebagai kompensasinya, seluruh biaya mahasiswa akan ditanggung dalam bentuk kompensasi beasiswa. Dana beasiswa itu didapatnya dari bantuan PT Newmont, BUMN, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan instansi negara.
"Keberadaan kampus ini untuk menarik minat agar tidak semua lulusan SMA kuliah di Jawa. Sehingga dengan mengabdi di sini, semoga IPM Sumbawa bisa meningkat," kata wakil ketua Komisi XI DPR itu.
Anggota Fraksi PKS itu mengungkap alasan di balik mendirikan UTS. Itu lantaran Sumbawa yang dikenal sebagai penghasil emas, malah masyarakatnya lebih memilih menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri demi hanya bisa membeli emas dua gram. Kondisi itu tercipta lantaran tingkat pendidikan warga yang masih rendah, dan yang sarjana lebih memilih bekerja di Jawa.
Ia menyatakan, pembangunan SDM di Sumbawa sangat urgen lantaran warga lokal tidak punya akses karena kemampuan mengolah SDA sangat terbatas. Kalau selama ini lulusan sarjana lebih memilih bekerja di luar daerah, ia optimis nantinya Sumbawa tidak akan kekurangan tenaga terdidik yang dipasok UTS.
"Kita hanya membantu peningkatan kapasitas masyarakat dengan membikin institusi. Kalau ini berjalan lancar, dengan sendirinya income per kapita masyarakat meningkat."