REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jarak jauh dan kondisi demografi masih menjadi tantangan terbesar untuk pemerataan ini. Ide maupun terobosan untuk memeratakan pendidikan di wilayah terpencil pun hadir dari berbagai pihak.
Ketika fasilitas email mulai booming tahun 1995 lalu, 3 tahun setelahnya di 1998, fasilitas email ini pertama kali digunakan untuk memberi pengajaran kuliah jarak jauh. Pelopornya, Universitas Terbuka (UT).
Rektor UT Tian Belawati mengatakan kuliah jarak jauh sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Bahkan kuliah jarak jauh sudah diterapkan di dunia usai revolusi industri abad ke-18 lalu.
Di Indonesia, sistem kuliah jarak jauh ini mulai dikenalkan tahun ‘80-an lalu. Namun, penggunaan media internet baru mulai diterapkan sekitar 1998. Sebelumnya, sistem pembelajaran hanya melalui buku modul yang diberikan pada peserta didik.
Menurut Tian, sistem kuliah jarak jauh memiliki keunggulan yang tidak dimiliki sistem pendidikan formal. Yaitu, aspek pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Selain itu, kuliah jarak jauh juga memiliki fleksibilitas lebih tinggi dari sisi waktu dan tempat. Sebab, waktu dan tempat tidak dibatasi dalam sistem perkuliahaan ini. Dimanapun dan kapanpun, mahasiswa dapat mengakses mata kuliah yang sedang diajarkan.
Bahkan, kuliah jarak jauh di UT juga tidak memiliki batasan untuk kelulusan. Mahasiswa dapat lulus dengan cepat atau lamatergantung mahasiswanya.
Sebab, usia mahasiswa juga tidak memiliki batasan seperti perguruan tinggi pada umumnya. Sebab itu, banyak Pemerintah Daerah yang member beasiswa pada kadernya tapi tetap bisa dikaryakan di daerahnya masing-masing.