REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Seorang peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2013 di Kota Semarang, Selasa, terpaksa mengerjakan tes potensi akademik di Rumah Sakit (RS) Roemani Semarang.
Mochtar Gunawan (18), peserta SBMPTN itu telah menjalani rawat inap di RS Roemani Semarang, tepatnya di Ruang Umar sejak Senin (17/6) setelah didiagnosis dokter terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Remaja yang tinggal di kawasan Malangsari Semarang itu mengaku bisa mengerjakan tes tersebut dengan baik meski harus menjalaninya di tempat tidur RS. Dia juga berharap bisa lolos ke PTN yang diinginkannya.
Mochtar mengatakan keinginan berkuliah di Universitas Negeri Semarang (Unnes), khususnya Jurusan Matematika dan Fisika Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) sehingga jurusan itu dijadikannya pilihan pada SBMPTN.
Ketua Panitia SBMPTN Lokal 42 Semarang Prof Hertanto Wahyu Soebagyo mengakui ada dua peserta SBMPTN yang tidak bisa mengikuti tes di lokasi yang sudah ditentukan karena sakit dan harus dirawat inap di RS.
"Ada dua calon mahasiswa yang tidak bisa mengikuti tes di lokasi yang sudah ditentukan karena 'mondok' di RS. Satu orang dirawat di RS Telogorejo, sementara satunya dirawat di RS Roemani Semarang," katanya.
Meski demikian, pihaknya tetap memfasilitasi peserta yang berhalangan hadir itu dengan mengirimkan petugas pengawas ke RS tempat mereka dirawat inap agar tetap bisa mengerjakan tes SBMPTN.
Ia menjelaskan pengiriman tenaga pengawas itu ke RS merupakan bagian dari pelayanan kepada peserta SBMPTN yang berhalangan hadir, apalagi alasannya dapat dipertanggungjawabkan, yakni dirawat inap di RS.
"Kami kirimkan masing-masing dua tenaga pengawas untuk memfasilitasi tes SBMPTN di dua RS tersebut. Kasihan kalau mereka tidak diberi kesempatan ikut ujian. Yang jelas, semuanya berjalan dengan lancar," katanya.
Pelaksanaan tes potensi akademik SBMPTN untuk wilayah Panitia Lokal 42 Semarang digelar secara serentak di 50 lokasi, yakni kampus Universitas Diponegoro, Unnes, dan IAIN Walisongo, dan sejumlah sekolah.
Pembantu Rektor I Undip itu mengatakan hingga saat ini tes berlangsung dengan lancar dan belum ada temuan tindak kecurangan, apalagi proses pengawasannya juga dilakukan dengan cukup ketat.
"Satu pengawas bertanggung jawab mengawasi 10 peserta. Siapa pun juga dilarang masuk ruang ujian, kecuali peserta dan pengawas. Kami imbau peserta lebih teliti dan cermat saat mengerjakan soal," kata Hertantyo.