Jumat 21 Jun 2013 13:49 WIB

Tiga Mahasiswa Indonesia Dijamu PM Australia

Rep: Lingga Permesti/ Red: Citra Listya Rini
PM Australia, Julia Gillard.
PM Australia, Julia Gillard.

REPUBLIKA.CO.ID, Tiga mahasiswa asal Indonesia berkesempatan dijamu Perdana Menteri (PM) Australia, Julia Gillard di Gedung Parlemen Australia, Canberra, Australia. 

Berdasarkan rilis yang diterima Republika, ketiga mahasiswa itu adalah Yudhistira Pratama, mahasiswa Fakultas Peternakan Unpad, Deti Inayatun (Fapet IPB) dan Yogi Sidik (Fapet UGM). Yudhistira dan delegasi lainnya sedang mengikuti Program Study Apprentice 2013 di Northen Territory, Australia. 

Program yang dirintis oleh Cattle Buffalo Club (CBC) Fapet Unpad bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) dan Northern Territory Cattlemen’s Association (NTCA), merupakan sebuah program untuk saling berbagi pengetahuan di bidang Industri Sapi Potong antara Indonesia dengan Australia.

Tanpa diduga, program tersebut menarik perhatian Gillard saat bertemu dengan Executive Director Northern Territoy Cattleman’s Assosiation, Luke Bowen, di Darwin Australia. Gillard pun mengutarakan keinginannya untuk bertemu dengan mahasiswa yang mengikuti program tersebut. 

Dipilihlah tiga orang perwakilan, yakni Yudhistira, Deti, dan Yogi untuk bertemu dengan orang nomor satu di benua kangguru tersebut. Ketiga mahasiswa tersebut mendapat kartu undangan khusus untuk melihat langsung ruang sidang parlemen. Delegasi pun berkesempatan melihat sidang parlemen yang tengah berlangsung.

Gillard mengapresiasi program yang dirintis oleh CBC tersebut. Menurutnya, program ini sangat bagus untuk menjalin hubungan lebih baik antara Indonesia dengan Australia khususnya dalam bidang Animal Welfare. Lebih dari itu, Julia pun sangat mendukung program tersebut terus berjalan.

Selain bertemu dengan Gillard, delegasi pun bertemu dengan Menteri Perdagangan Australia, Craig Emerson, Menteri Pertanian Australia, Joe Ludwig, dan Menteri Pelayanan Regional, Chaterine King. Mereka pun juga bertemu dengan Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, yang juga seorang alumni Unpad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement