REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan riset Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) saat ini dinilai jauh lebih baik. Namun berbagai hasil riset dari PTAIN dinilai masih belum bisa menyaingi Perguruan Tinggi Umum Negeri karena beberapa alasan.
Menurut Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali kelemahan riset di PTAIN adalah implementasi, sehingga kurang dirasakan oleh masyarakat, terutama umat Islam di Indonesia.
"Kritik pada riset PTAIN seringkali usai dilakukan riset, hasil riset tersebut selesai di laci-laci dekan, kepala jurusan dan perpustakaan," ujar Suryadharma saat menghadiri Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR) PTAIN ke VI se Indonesia di Serang, Banten, Senin (19/8).
Riset bukan semata-mata ilmu, tapi bagaimana ilmu tersebut bisa dirasakan umat Islam. Menurut dia, inilah yang menjadi penyebab lemahnya riset PTAIN, risetnya sudah sangat banyak, tapi sering kali tidak terimplementasikan. Sehingga banyak sisi riset berkualitas tapi belum maksimal dirasakan masyarakat.
Inilah pentingnya keseriusan dari Badan Penelitian dan Pengembangan di setiap kampus PTAIN seluruh Indonesia. Disamping pemberian sumber dana yang sudah semakin besar, badan ini juga perlu fokus pada pengembangan dan pengimplementasian riset.
Menurut Menag, riset khas di PTAIN terutama di bidang sosial keagamaan sangat penting menjaga keharmonisan dan toleransi umat beragama. Diantaranya bidang kerukunan beragama, toleransi dan termasuk riset implementasi peribadatan umat beragama.
"Karenanya, inilah keunggulan PTAIN. Saya ingin ada semangat kompetisi riset di bidang sosial keagamaan ini bisa mengalahkan UGM, UI dan perguruan tinggi umum lain," ujarnya.