Senin 07 Oct 2013 18:27 WIB

Universitas Pancasila Siapkan SDM Hadapi Pasar Bebas

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Siswono Yudohusodo
Foto: Nunu/Republika
Siswono Yudohusodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Pancasila, menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengisi lapangan kerja yang menantang. Sebab, Indonesia menghadapi dunia yang bergerak cepat dan kondisi banyak berubah.

 

"Di dunia yang berubah, kalau salah menanganinya kita ga bisa dapat manfaat. Jadi, bagaimana kita mendapatkan manfaat dari perubahan ini," ujar Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila, Siswono Yudohusodo.

Menurut Siswono, Universitas Pancasila baru meluluskan 1.160 sarjana baru. Jumlah alumninya, sudah lebih dari 46 ribu. Saat ini, jumlah mahasiswa di Universitas Pancasila mencapai 14 ribu. Setiap tahun ajaran baru, mahasisw yang diterima sebanyak 3.400.

"Salah satu tantangan besar dunia pendidikan nasional kita adalah menanamkan kesadaran kolektif untuk berjuang keras mengejar ketertinggalan dari negara lain," katanya.

Dari sisi penyediaan angkatan kerja, kata dia, Indonesia masih cukup tertinggal. Jumlah angkatan kerjanya mencapai 122 juta. Namun, angkatan kerja yang pendidikannya masih SD sekitar, 49,9 persen dan sarjana hanya 6,42 persen.

Kalau dibandingkan negara Malaysia, kata dia, Indonesia tertinggal. Sebaba angkatan kerjanya yang sudah sarjana 11 orang berbanding 100 ribu. Sedangkan Jepang, angkatan kerja sarjananya 37 per 100 ribu.

"Kita harus menyiapkan lulusan yang terampil 2015 nanti saat menghadapi Asean Economic Community. Kalau tidak, bisa diisi oleh luar," katanya.

Dikatakan Siswono, dilihat dari jumlah pengusaha, Indonesia pun mashi rendah. Survei 2008, jumlah pengusaha baru 1,56 persen dari jumlah penduduk.

Artinya, setiap seribu orang, jumlah pengusahanya sekitar 1,56 persen. Yakni, mulai dari pedagang kaki lima sampai pengusaha.

Sementara Malaysia,  jumlah pengusahanya 4 persen, dan Thailand 4,7  persen. "Kami menganjurkan pada masyarakat untuk jadi pengusaha," katanya.

Jumlah pengangguran, kata dia, memang ada penurunan tapi angkanya relatif  kecil sekali. Pengangguran menurun, karena meningkatnya pedagang kaki lima. Tingginya, bunga suku bank sebenarnya mengurangi daya saing. Bunga di Indonesia bertahan 9 persen pertahun padahal Malaysia 4 persen.

"Bunga komersial, terlalu tinggi di kawasan ini. Jadi harusnya diturunkan," katanya.

Siswono mengatakan, semua negara memiliki 3 instrumen penting untuk menekan pengangguran. Yakni, kebijakan fiskal yang terkait pajak bea masuk, Moneter terkait jumlah uang beredar dan Instrumen administrasi terkait perizinan.

"Saat ini, 3 instrumen tersebut blm efektif untuk meningkatkan kapasitas bangsa," katanya.

Sementara menurut Rektor Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno, Universitas Pancasila di wisuda kali ini  meluluskan 1.160 lulusan. Terdiri dari, 2 doktor, 84 magister, 825 sarjana, 44 diploma dan 165 profesi apoteker.

"Kompetensi daya saing lulusan kami, rata-rata peluang kerjanya sangat baik. Rata-rata waktu tunggu untuk mendapatkan pekerjaan 3 sampai 6 bulan," katanya.

Hal tersebut, kata dia, hasil dari upaya universitas yang secara konsisten dan terus menerus meningkatkan kompetensi mutu mahasiswa.

Di antaranya, meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri, mendatangkan dosen tamu dari luar negeri dan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris sebagai persyaratan skripsi, student exchange dengan perguruan tinggi luar negeri, memberikan pendidikan karakter dari dosen kepada mahasiswa dan mengundang tokoh nasional untuk memberikan stadium generale.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement