REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengembangan teknologi nuklir untuk kemaslahatan menjadi satu kebutuhan yang dapat dipertimbangkan. Saat ini masih terdapat resistensi di tengah masyarakat dalam memanfaatkan nuklir sebagai energi alternatif.
Terkait hal itulah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga mencoba mengambil peran untuk menyoalisasikan pemanfaatan teknologi nuklir sebagai energi yang dapat digunakan oleh masyarakat umum.
''Sebagai kampus berbasis agama tentunya bisa menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa nuklir juga bagian dari kebesaran Tuhan yang harus digali dan terus bisa dimanfaatkan secara baik dan bijak,'' kata Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Munir Mulkhan, dalam seminar bertajuk 'Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Energi Nuklir Nasional Berdasarkan Kearifan Lokal' yang digelar belum lama ini di Convention Hall, kampus UIN Sunan Kalijaga.
Seminar ini digelar oleh Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga lewat kerjasama dengan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Tampil dalam acara tersebut diantaranya Dr. Liem Peng Hong dari Naist Jepang, Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Kepala BATAN, Prof. Dr. Jarod Sulistio Wisnubroro serta Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. Musa Asy’arie.
Munir mengakui saat ini tidak semua masyarakat bisa menerima teknologi nuklir untuk bisa dikembangkan. Ia mengatakan masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa sains modern itu di luar agama. ''Hal ini didorong adanya sejarah panjang terhadap tragedi bom Hirosima dan Nagasaki. Sehingga dampak kebencanaan yang ditimbulkan nuklir lebih besar dari manfaatnya,'' katanya seperti dilansir dari laman resmi universitas.
Untuk itulah, Munir menilai, sudah sepantasnya universitas seperti UIN bisa mengambil peran. Ia menegaskan energi nuklir ini juga salah satu kebesaran Sang Pencipta jika dilihat secara positif. ''Di sinilah tantangannya,'' ujarnya.
Jarod mengakui untuk mengembangkan teknologi nuklir di Indonesia memang masih ditemukan banyak kendala. Terutama kendala yang terkait dengan sikap masyarakat yang menganggap nuklir memiliki efek negatif yang cukup besar. Padahal selain sebagai sumber energi alternatif, kepala Batan ini mengatakan, nuklir juga memiliki manfaat di berbagai bidang.
''Penerapan nuklir selalu berhadapan dengan masyarakat. Seperti yang terjadi di Muria, Jawa Tengah. Ketika pemuka agama melarang pembangunan reaktor nuklir dengan menuduh teknologi nukrir haram maka kami tidak bisa berbuat banyak,'' kata Jarod.
Berkaitan dengan belum adanya sosialisasi dan pemahaman yang menyeluruh, Jarod mengatakan, tentunya diperlukan penyamaan bahasa antara Batan dan masyarakat. Langkah ini diperlukan agar penerapan teknologi nuklir bisa diterima. Ia sangat sepakat diperlukan adanya sosialisasi secara intensif dan efektif, yakni melalui perguruan tinggi.
''Sosialisasi melalui lembaga pendidikan tinggi untuk menyampaikan tentang manfaat teknologi nuklir bisa lebih cepat karena perguruan tinggi memiliki sejumlah program kemasyarakatan. Diharapkan hal ini akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan-pesan tentang perlembagaan teknologi reaktor dan keselamatan pemanfaatannya,'' tutur Jarod.