Rabu 20 Nov 2013 11:14 WIB

Unissula Beri Penghargaan kepada Buya Hamka

Rep: mohammad akbar/ Red: Damanhuri Zuhri
Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang
Foto: Republika
Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang

REPUBLIKA.CO.ID,

Buya Hamka dinilai mempunyai kontribusi sangat besar dalam pengembangan dakwah dan pemikiran Islam di Indonesia.

Universitas Islam Sultan Agung Semarang memberikan penghargaan khusus kepada Buya Hamka. Budayawan dan ulama besar bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah itu diganjar penghargaan Budai Award atas kontribusinya yang dinilai sangat besar dalam pengembangan dakwah dan pemikiran Islam di Indonesia.

Rektor Unissula Prof Laode M Kamaludin mengatakan, hal yang sudah sangat pantas untuk memberikan penghargaan kepada sosok Buya Hamka. Penghargaan diberikan sebagai rangkaian dari acara Gebyar Muharram 1435 Hijriyah sekaligus juga peringatan 51 tahun Unissula.

''Kebesaran Buya Hamka yang telah memberikan kontribusi terhadap kemajuan umat Muslim di bangsa ini pantas bagi Unissula untuk memberikan penghargaan Budai Award kepada beliau,'' katanya, seperti dilansir dari laman resmi universitas.

Selain memberikan penghargaan, Unissula juga menggelar seminar bertajuk Kontribusi Hamka terhadap Pengembangan Islam Indonesia.

Dalam seminar tersebut, hadir sebagai pembicara Irfan Hamka (putra Buya Hamka), Triyanto Triwikromo (budayawan Jawa Tengah), Fachri Ali (pemikir Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Amir Mahmud NS (pemimpin redaksi Suara Merdeka) yang didaulat menjadi moderator.

Dalam diskusi, Fachri mengatakan, jika dilihat dari kegiatan dan karya-karyanya, Buya Hamka berada dalam kelompok masyarakat Islam yang sedang mengalami proses modernisasi. Proses itu tentunya harus dimaknai, kata dia, dalam pengertian yang sangat longgar.

Tipe ulama semacam ini, Fachri mengatakan, merupakan hasil produk intelektual antara kaum reformis Islam dengan persoalan empiris sosial-ekonomi dan politik di Indonesia.

Interaksi ini kemudian melahirkan jawaban-jawaban baru terhadap tantangan-tantangan, baik terhadap yang lama atau yang baru pula.

''Tak mengherankan popularitas Hamka itu kemudian berada di tengah-tengah masyarakat yang telah banyak menyerap nilai budaya dan pengetahuan sekuler atau di kalangan masyarakat yang berada pada lapisan marginal pengetahuan keagamaan,'' jelas Fachri.

Triyanto memberikan pula pandangannya terhadap karya maupun pemikiran Buya Hamka. Melalui sastra, kata dia, pemikiran-pemikiran yang dihasilkan Hamka menjadi terasa lebih lembut untuk disampaikan kepada generasi saat ini.

Pengaruh sebuah karya sastra yang bersifat lintas tempat dan lintas waktu, lanjutnya, selalu dimungkinkan karena karya itu pada dasarnya selalu dapat di-dekontekstualisasikan dan dapat di-rekontekstualisasikan kembali.

''Konteks memang penting, tetapi bukanlah sesuatu yang statis. Dalam sebuah karya sastra, konteks selalu bergerak, bersifat dinamis, dan selalu diciptakan dan diperbarui kembali,'' urainya.

Semasa hidupnya, Hamka banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Di antaranya roman Si Sabariah, novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Merantau ke Deli hingga karya agungnya berjudul Tafsir al-Azhar.

Sementara itu, Afif Hamka menyambut sangat baik apresiasi yang diberikan Unissula kepada Buya Hamka. Afif menjadi perwakilan dari pihak keluarga yang menerima penghargaan tersebut.

''Atas nama keluarga, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada civitas academica Unissula yang telah memberikan kepercayaan kepada ayah kami, Buya Hamka,'' ujarnya.

Afif mengatakan sepanjang hidupnya sang ayah telah memberikan kontribusi begitu besar kepada masyarakat Indonesia.

''Buya Hamka itu bukan hanya menjadi ayah bagi anak-anaknya saja tetapi juga telah menjadi ayah bagi masyarakat Indonesia melalui radio RRI,'' jelasnya.

Penghargaan Budai Award ini merupakan apresiasi tahunan yang diberikan Unissula kepada tokoh nasional maupun internasional yang telah memberikan kontribusi dan peran bagi perkembangan Islam.

Penghargaan ini sebelumnya pernah diberikan juga kepada Moh Mahfud MD bidang penegakan hukum, Mustaq Ahmad bidang entrepreneur, Jusuf Kalla bidang kemanusiaan serta Dr Ujang Iskandar bidang pemerintahan dan pelayanan publik.

''Sebagai acara Puncak Gebyar Muharram, pada rapat senat terbuka kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang memberikan penghargaan terhadap kiprah alumni, tahun ini Budai Award diberikan kepada ulama besar sekaligus budayawan Buya Hamka,'' kata rektor.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement