REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Animo dosen di perguruan tinggi untuk menulis buku masih rendah. Padahal, idealnya seorang dosen harus terbiasa menulis buku sebagai bentuk karya ilimiah akademik.
''Dari pengamatan, semangat menulis buku di kalangan dosen masih rendah,'' ujar pengamat pendidikan dan dosen Universitas Paramadina, Jakarta, M Abduh Zen, kepada Republika, Rabu (25/12). Hal ini disebabkan sejumlah kendala..
Di antaranya, terbatasnya kemampuan dan keahlian dosen dalam menulis buku serta konten pengetahuan. Kedua, belum berkembangnya tradisi dan budaya akademik atau ilmiah di perguruan tinggi. Hal ini khususnya terlihat pada dosen-dosen yang semangat untuk menulis buku atau karya ilmiah juga rendah.
Penyebab lainnya, kata Zen, yakni masih rendahnya penghasilan dosen sehingga mereka terpaksa mengajar begitu banyak jam di beberapa universitas. Upaya untuk mencari penghasilan lain di luar itu berdampak pada ketiadaan waktu berpikir dan menulis buku.
Di sisi lain, ujar Zen, insentif menulis buku maupun tulisan lainnya hampir tidak ada. Terlebih, kebiasaan membajak buku di kalangan penerbit sangat marak. Dampaknya, royalti yang diperoleh penulis buku juga sangat sedikit. Kondisi tersebut tidak seimbang dengan kesulitan para dosen untuk menulis.
Zen mengungkapkan, kebanyakan dosen juga tidak mempunyai ruangan mandiri yang nyaman di kampus. Ruangan ini diperlukan karena memungkinkan para dosen untuk rajin membaca dan menulis. Sementara di rumahnya juga, mayoritas masih memprihatinkan dan lebih fokus pada urusan keluarga.
'' Penyebab lainnya terkait belum ada upaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membangkitkan semangat menulis,'' ungkap Zen. Ke depan, Kemendikbud dapat lebih berperan dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas dosen khususnya dalam budaya menulis buku.
Zen menambahkan, saat ini kemauan dosen untuk menulis lebih dikarenakan faktor semu. Pasalnya, pembuatan tulisan karena hanya untuk memenuhi ketentuan angka kredit sebagai persyaratan kenaikan pangkat. Ia khawatir hasil dari tulisan tersebut dilakukan secara asal-asalan dan meniru hasil tulisan orang lain atau plagiat.
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Kemendikbud, Ramon Mohandas mengatakan, ia belum mempunyai data dosen yang razin menulis buku atau sebaliknya. Kemendikbud selalu mendorong agar para dosen agar menulis buku.
Direktur Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PTK), Dikti, Kemendikbud, Supriadi Rustad sebelumnya mengatakan, Kemendikbud berupaya meningkatkan kualitas dan kapasitas dosen. Termasuk, didalamnya mendorong peningkatan budaya akademik untuk menulis dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu berupaya menambah jumlah dosen. Saat ini jumlah dosen di Indonesia mencapai sekitar 160 ribu orang. Menurut dia, jumlah ini masih kurang dibandingkan dengan rasio jumlah mahasiswa. Jumlah mahasiswa mencapai sekitar 5,5 juta orang.