REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mohammad Akbar
Target STEI Tazkia, dengan menguasai bahasa Arab para mahasiswa akan bisa menggali langsung tentang ekonomi Islam dari sumber aslinya.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam (STEI) Tazkia melakukan kerja sama dengan Ummu Darman Islamiyah Sudan atau Sekolah Tinggi Islam Ummu Darman asal Sudan.
Kerja sama ini dilakukan untuk lebih mengembangkan kemampuan bahasa Arab para mahasiswa maupun tenaga pengajar di Tazkia.
Rektor STEI Tazkia Dr M Syafii Antonio mengatakan, kerja sama ini dilakukan untuk jangka waktu lima tahun.
Wujud dari kerja sama itu nantinya mengadakan pertukaran pelajar dan dosen, perputaran hasil penelitian, kerja sama penelitian, kerja sama seminar, dan pengajaran bahasa Arab. “Hal yang tak kalah penting juga adalah pengembangan studi ekonomi Islam,” katanya.
Untuk teknis pelaksanaan, kata Syafii, masih belum dijabarkan secara detail. Namun, aktivitas dari kerja sama ini akan segera berlaku pada 2014. “Kegiatan apa saja yang akan dilakukan, tinggal kita lihat saja,” katanya.
Syafii berharap kerja sama tersebut bisa mengantarkan Tazkia pada pengembangan bahasa Arab yang lebih baik lagi.
Dengan menguasai bahasa Arab, katanya, tentu dapat memberi manfaat untuk kemajuan ekonomi Islam yang menjadi pijakan utama Tazkia.
Ia melihat penguasaan bahasa Arab ini sangat perlu karena banyak literatur (sumber-sumber) ekonomi Islam yang berbahasa Arab.
“Dengan pemahaman bahasa Arab yang baik, tentunya para mahasiswa Tazkia akan bisa menggali langsung tentang ekonomi Islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab,” ujarnya.
Dalam penandatanganan kerja sama ini, pihak Tazkia dilakukan pimpinan utamanya. Begitu juga dengan Ummu Darman Islamiyah Sudan yang dipimpin langsung oleh rektornya, Prof Hassan Abbas Asadi Ibrahim.
Selain pimpinan kedua perguruan tinggi tersebut, hadir juga Ketua MUI Pusat bidang hubungan luar negeri, KH Muhyiddin Junaidi.
Sebelum melakukan penandatanganan kontrak, pihak Tazkia membawa rombongan tersebut ke salah satu tempat pendampingan yang dikelola oleh STEI Tazkia di Kampung Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat.
Selepas acara penandatanganan MoU dengan Tazkia, Hassan Abbas menilai kerja sama tersebut menjadi sangat penting bagi kedua belah pihak.
Ia mengaku cukup senang bisa berkunjung dan melihat secara langsung pendampingan yang dilakukan STEI Tazkia.
Hassan Abbas berharap dengan adanya kunjungan itu akan membuka jalan bagi para mahasiswa Tazkia untuk menimba ilmu ke kampusnya.
“Saya merasa sangat senang dengan kunjungan ke Tazkia ini. Ke depan semoga saja akan lebih banyak lagi mahasiswa Tazkia yang dapat melanjutkan sekolah ke Ummu Daraman,” katanya.
Muhyiddin yang turut menyertai dilakukannya penandatanganan antara Tazkia dan Ummu Darman mengatakan, kerja sama global semacam ini diperlukan.
Ia berharap adanya hal semacam itu akan membuat institusi pendidikan tinggi Islam bisa lebih memperluas jejaringnya dan mampu lebih meningkatkan mutu pendidikannya.
“Semoga dengan adanya kerja sama semacam ini dapat menjadi salah satu upaya untuk membumikan bBahasa Arab di bumi Allah ini. Lalu, untuk jangka panjang, kami harapkan dapat mengembalikan kemajuan peradaban Islam,” ujarnya.
Muhyiddin menyampaikan, Sudan selama ini menjadi salah satu rujukan dalam pendidikan bahasa Arab. Jika membuka lembaran sejarah, katanya, sebelum datangnya Islam, Sudan sudah memiliki bahasa asli sendiri.
Namun, setelah Islam datang dengan bahasa Arab yang tecermin melalui bahasa Alquran, ia mengatakan Sudan justru meninggalkan bahasa aslinya dan menggunakan bahasa Arab untuk percakapan sehari-hari. “Jadi, saya rasa kerja sama semacam ini sudah sangat tepat bagi Tazkia,” kata Muhyiddin.