Senin 17 Mar 2014 09:45 WIB

Azyumardi: Dikotomi Barat dan Timur Harus Dipersempit

Azyumardi Azra
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heri Purwata

YOGYAKARTA -- Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, mengatakan dikotomi Barat dan Timur harus dipersempit. Sebab tidak semua hal yang dari Barat itu negatif, tetapi ada hal yang positif dan bisa membawa kemajuan bagi umat Islam.

Azyumardi mengemukakan hal itu kepada Republika di sela-sela seminar internasional 'Islam dan Tantangan Globalisasi' di Yogyakata, Sabtu (15/3).

Seminar yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) dihadiri peserta dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Perancis, dan Iran.

Lebih lanjut Azyumardi mengatakan umat Muslim membutuhkan Barat, khususnya sain dan teknologi. Sebab dalam Alquran sudah disebutkan tidak ada perbedaan antara Timur dan Barat.

"Mana yang positif dari Barat kita ambil, sedang yang negatif termasuk yang ada dalam umat muslim kita tinggalkan. Misalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi bisa maju kalau kita hidup dalam kerukunan dan aman," kata Azyumardi.

Azyumardi sangat menyayangkan adanya perang yang tidak henti-henti di negara Muslim seperti Asia Selatan, India, Pakistan, Iran, Afganistan, Syiria, Mesir dan Bangladesh. Setiap hari di negara tersebut terjadi bom yang membuat warga merasa tidak aman.

"Kalau perang terus, kapan membangunnya, kapan memajukan Iptek. Karena itu hal yang negatif dan bersifat seketarian yang berlebihan, tindakan militeristik berlebihan, penggunaan kekerasan, penggunaan alat yang mematikan seperti bom harus ditunggalkan," katanya.

Ada pendapat, kata Azyumardi, orang Barat sangat bebas dalam sex. Tetapi tidak semua orang Barat melakukan sex bebas. "Kita jangan menggeneralisasi semua orang Barat jelek. Apalagi di Barat juga banyak orang Muslim," katanya.

Orang Muslim di Barat, kata Azyumardi, telah menegakkan ajaran Islam yang mengajarkan kehidupan keluarga yang baik yaitu menikah yang baik terhadap orang Barat. "Itu yang kita ikuti," katanya.

Azyumardi merasa optimistis, jika dikotomi antara Barat dan Timur ini dipersempit akan terjadi kedamaian. Bahkan umat Islam bisa hidup lebih maju karena orang Islam akan menggunakan sain dan teknologi tanpa melihat asalnya dari Barat atau negara mana.

Selain itu, Azyumardi juga memperingatkan kepada umat Islam agar tidak boros dalam menggunakan sumberdaya. Selama ini ada kritikan jika orang Barat konsumtif. Namun umat Islam tidak kalah konsumtifnya, terutama negara-negara Arab kaya.

"Mereka memiliki uang bukan untuk meningkatkan kesejahteraan orang miskin di negara-negara muslim Eropa atau di mana saja. Namun digunakan untuk membeli klub sepakbola Eropa yang harganya mahal," tandasnya.

Karena itu, Azyumardi menyarankan kepada negara Arab yang kaya agar tidak menghambur-hamburkan sumber daya.

"Sumber daya minyak atau apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada kita digunakan secara bijak dan cerdas, serta bisa meningkatkan kesejahteraan umat Islam," katanya.

Sementara Rektor UII Yogyakarta, Edy Suandi Hamid mengatakan sebetulnya umat Muslim yang menjadi minoritas bisa hidup berdampingan dengan mayoritas non muslim.

Seperti hasil penelitian terhadap dinamika kehidupan komunitas muslim Kampung Jawa di Bangkok baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan keagamaan.

Dalam bidang kehidupan sosial keagamaan, kata Edy, komunitas muslim Kampung Jawa mempunyai kebebasan dalam menjalani ritual keagamaan. Keberadaan masjid Jawa yang masih berdiri kokoh menandakan komunitas tersebut didukung oleh pihak pemerintah maupun lingkungan sekitar.

Seperti rutinitas kegiatan yang diselenggarakan di Masjid Jawa tetap berjalan secara konsisten seperti salat berjamaah, pengajian rutin maupun sebagai tempat pengumpulan zakat yang kemudian didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak untuk menerimanya.

Sedang dalam bidang ekonomi, Komunitas Muslim Kampung Jawa oleh pemerintah Thailand diberikan peluang yang sama dalam menunjang kebutuhannya sehari-hari.

Komunitas muslim Kampung Jawa seperti warga Thailand lainnya, bekerja hampir di semua sektor atau wilayah seperti halnya warga Thai yang lain.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement