Rabu 21 May 2014 20:02 WIB

Syafii Maarif : Pendidikan Kolonial Masih Bercokol di Indonesia

Rep: yulianingsih/ Red: Damanhuri Zuhri
Professor Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Professor Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Guru besar Universitas Negeri Yogyakarta yang juga mantan Ketua PP Muhammadiyah, Syafii Maarif mengatakan, meski penjajahan kolonial sudah lama hilang dari Indonesia namun nyatanya ciri pendidikan kolonial masih saja bercokol di Indonesia hingga detik ini.

Hal ini menurut Syafii Maarif, terlihat dari tujuan utama para peserta didik di Indonesia yang serba ingin jadi pegawai negeri sipil (PNS).

”Sistem pendidikan kolonial yang membentuk manusia jongos yang pengecut masih berlanjut di era kemerdekaan bahkan saat ini,” kata Syafii saat menyampaikan orasi ilmiah pada rapat senat terbuka Dies Natalis UNY ke 50 pada 2014 ini, Rabu (21/5).

Sikap mental seperti inilah yang menurutnya menandakan sistem pendidikan kolonial masiih ada di Indonesia. Peserta didik kata Syafii, akan berlomba-lomba memperebutkan lowongan PNS.

Sementara kuota lowongan tersebut sangat terbatas. Akibatnya pengangguran terdidik akan terus membengkak. Hal ini menurut Syafii, menjadi ancaman tersendiri bagi masa depan bangsa ini.

Jika sistem pendidikan seperti saat ini terus dipertahankan maka menurutnya, tidak akan lahir generasi masa depan yang memiliki karakter merdeka dan mandiri.

"Kalaupun ada pengecualian hal itu diperoleh bukan dari sistem pendidikan formal tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor di luar dengan inisiatif diri sendiri," katanya.

Karenanya Syafii meminta kepada para pendidik di Indonesia untuk terus memasang telinga agar mengerti masalah untuk dicarikan solusi yang tepat.

Termasuk untuk tidak memberi peluang kepada pihak asing dan agen-agennya untuk mengatur perjalanan bangsa Indonesia.

Itu bisa dilakukan kata Syafii, jika pemimpin Indonesia peka dan memiliki karakter yang kuat. Yaitu karakter yang merdeka dan mandiri. Pemimpin yang bisa mengubah sistem pendidikan di Indonesia menjadi pendidikan yang berkarakter.

Rektor UNY Rochmat Wahab dalam pidatonya mengatakan membangun pendidikan karakter bukanlah suatu yang mudah, terutama di perguruan tinggi. Pencapaian pendidikan karakter kata dia, juga tidak selalu berjalan mulus.

Pendidikan karakter kata dia, tidak hanya diilakukan melalui kurikulum saja tetapi juga harus dibangun melalui riset. "Pendidikan karakter tidak hanya bisa ditumpukan pada kurikulum semata," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement