REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Moh Mahfud MD mengajak lulusan UII tidak hanya jadi sarjana. Tetapi harus sebagai cendekiawan muslim.
Mahfud mengemukan hal itu ketika memberikan sambutan pada wisuda periode IV UII Yogyakarta, Sabtu (23/8). UII mewisuda sebanyak 734 lulusan yang terdiri 13 orang (D3), 644 orang (S1), 71 orang (S2), dan enam orang (S3).
Dijelaskan Mahfud, sarjana merupakan gelar resmi yang menggambarkan keahlian di bidang tertentu dan ditandai dengan selembar ijazah. Sedang cendekiawan, selain kompeten secara teknis keilmuan juga mempunyai tanggung jawab untuk keselamatan dan kemajuan masyarakat.
"Cendekiawan dalam agama Islam disebut ulul albab, cerdas otak dan mulia watak. Karena cendekiawan memadukan antara pikir dan dzikir," kata Mahfud.
Lebih lanjut Mahfud mengatakan landasan operasional ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang diperoleh para lulusan di UII harus berpijak pada tiga hal. Pertama, integrasikan antara ilmu dan agama sehingga tidak ada dikotomi antara keduanya. Sebab Iptek merupakan bagian dari agama. "Orang yang beragama harus sadar Iptek, sedang orang yang sadar Iptek harus tetap memperkokoh imannya," katanya.
Kedua, kata Mahfud, Iptek menurut Islam menerima rasionalitas atau wawasan rasional, tetapi menolak rasionalisme. "Semua yang rasional diterima sebagai jalan mencapai kebenaran, tetapi tidak semua yang benar hanya bisa dicapai melalui rasionalitas," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Ketiga, pengembangan Iptek di dalam Islam tidak boleh netral, melainkan harus memihak. Yaitu memihak pada kepentingan umat manusia dan kelestarian alam sehingga Islam benar-benar menjadi //rahmatan lil alamin.// "Dasar teori, dari Iptek memang netral, tetapi pengembangannya tidak boleh netral, melainkan harus berpihak kepada kemaslahatan umat manusia," ujarnya.