REPUBLIKA.CO.ID,
Ketiga, pengembangan iptek di dalam Islam tidak boleh netral, melainkan harus memihak. Yaitu memihak pada kepentingan umat manusia dan kelestarian alam sehingga Islam benar-benar menjadi rahmatan lil alamin.
"Dasar teori, dari iptek memang netral, tetapi pengembangannya tidak boleh netral, melainkan harus berpihak kepada kemaslahatan umat manusia," ujarnya.
Sedang Sarwidi, pengelola Pascasarjana Magister Teknik Sipil FTSP UII mengatakan diantara wisudawan ada enam ahli rekayasa kegempaan.
Saat ini, ahli rekayasa kegempaan semakin dibutuhkan. Menyusul banyaknya gunung berapi di Indonesia yang sudah lama mati, kini aktif kembali.
"Namun sayang jumlah ahli rekayasa kegempaan masih sangat minim di Indonesia. Karena itu, perlu didorong agar ahli rekayasa kegempaan bisa lebih banyak lagi," kata Sarwidi.
Dijelaskan Sarwidi, ahli kegempaan yang dihasilkan UII meliputi ahli banjir, ahli tanah longsor, dan ahli gunung berapi. Para ahli ini selanjutnya bertanggung jawab kepada wilayahnya bila terjadi bencana.
Sementara Rektor UII, Harsoyo mengatakan UII sebagai perguruan tinggi tertua di Indonesia memiliki misi sebagai perguruan tinggi yang rahmatan lil alamin.
"UII senantiasa menjaga komitmen yaitu menegakkan Wahyu Ilahi dan Sunah Nabi sebagai penyebar ilmu, teknologi, budaya, untuk mencetak pemimpin bangsa yang bertaqwa dan berakhlaq mulia," kata Harsoyo.