REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Program Kekhususan Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) Chandra Sudono Halim menciptakan alat untuk mengubah gas buang dari knalpot sepeda motor menjadi energi yang bisa digunakan untuk 'mencas' handphone (HP).
"Awalnya, wajah saya sering diterpa gas buang dari sepeda motor orang di depan saya yang knalpot-nya ditinggikan, lalu saya berpikir bahwa gas buang sepeda motor bisa dijadikan energi alternatif," kata mahasiswa kelahiran Tarakan, Kalimantan Timur pada 5 Januari 1994 itu di kampus setempat, Rabu (3/9).
Bahkan, alat ciptaannya yang dinamai "Electric Emission Mobile Charger (E2MC)" itu meraih medali emas untuk kategori inovasi dalam "International Invention Inovation and Design" (3ID) di Universiti Teknologi Mara (UiTM) di Segamat, Johor, Malaysia pada 20 Agustus 2014.
"Ide dari pengalaman pribadi itu akhirnya saya wujudkan dalam Mata Kuliah Desain Produk I dan II. Gas sisa pembakaran kendaraan bermotor yang menyimpan potensi tekanan angin itu bisa menghasilkan energi listrik dengan bantuan komponen tertentu," kata anak bungsu dari enam bersaudara itu.
Dalam praktiknya, tekanan angin dari gas buang sepeda motor itu diarahkan pada baling-baling mirip kipas angin yang dipasang pada badan knalpot dengan kerangka sebagai penyangga, lalu perputaran baling-baling yang mirip generator itu diubah menjadi energi listrik oleh alat stabilisator.
"Baling-baling plastik itu saya ambil dari baling-baling CPU komputer yang sudah tak terpakai, kemudian baling-baling E2MC yang berputar itu menghasilkan arus listrik yang terhubung dengan stabilisator yang saya ciptakan dari komponen tertentu untuk menyimpan energi listrik yang dihasilnya," katanya.
Selanjutnya, energi yang dihasilkan itu langsung dihubungkan dengan "power bank" yang bisa dipakai untuk "charge" HP. "Alat stabilisator dan 'power bank' itu saya masukkan dalam jok motor, sehingga energi listrik bisa diproduksi sambil mengemudikan kendaraan," katanya.
Menurut dia, tegangan listrik yang dihasilkan itu bisa mencapai 5 volt bila "spedometer" pada sepeda motor sudah menunjukkan kecepatan 20 kilometer/jam.
"Kalau kita mengendarai motor selama satu jam, maka energi listrik yang masuk dalam power bank mencapai 30-40 persen. Itu mungkin perjalanan ke luar kota, tapi perjalanan di dalam kota dalam beberapa kali keliling juga bisa, jadi mungkin power bank akan terisi penuh dalam beberapa hari," katanya.
Tentang rencana komersialisasi alat ciptaannya itu, ia mengaku dirinya akan menyempurnakan alat ciptaannya sebagai tugas akhir (TA) sambil mengurus paten. Chandra melakukan penelitian alat itu selama setahun dan lima bulan untuk membuat prototipe.
"Mungkin 1-2 tahun ke depan, alat E2MC bisa dipasarkan. Harganya mungkin hanya Rp 180 ribu dan harga itu sudah termasuk stabilisator beserta power bank-nya," katanya, didampingi dosen pembimbing, Sunardi Tjandra ST MT.