Kamis 06 Nov 2014 17:12 WIB

Universitas Muria Kudus Bentuk Konsorsium UMKM

 Pengunjung melihat pameran UMKM Sumatera Barat di Jakarta, Selasa (17/6)
Foto: Republika/ Wihdan
Pengunjung melihat pameran UMKM Sumatera Barat di Jakarta, Selasa (17/6)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Universitas Muria Kudus (UMK), Jawa Tengah, melalui Lembaga Penelitian (Lemlit) menggagas pembentukan konsorsium usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berbasis industri tekstil.

Menurut Kepala Lemlit UMK Mamik Indaryani di Kudus, Kamis, pembentukan konsorsium UMKM bertujuan untuk menyinergikan program berbasis kompetensi masing-masing pemangku kepentingan dan memperkuat jaringan berbasis rantai nilai untuk meningkatkan nilai tambah.

Ia menganggap industri bordir, batik, dan konfeksi perlu mendapatkan perhatian khusus.

Pasalnya, kata dia, industri tersebut merupakan potensi lokal yang memiliki keunggulan dan kekuatan untuk pengembangan ekonomi kerakyatan.

Terkait dengan rencana tersebut, Lemlit UMK menggelar sosialisasi wacana pembentukan konsorsium UMKM di ruang seminar lantai IV Gedung Rektorat UMK, Rabu (29/10).

Sosialisasi tersebut, lanjut dia, dihadiri instansi terkait dan pelaku UMKM di eks Keresidenan Pati ditambah Kabupaten Demak.

Sementara itu, Rektor UMK Suparnyo MS memberikan dukungan positif terhadap gagasan membentuk konsorsium UMKM tersebut.

Apalagi, lanjut dia, UMKM telah memberikan peran dalam pembangunan bangsa.? Bahkan, lanjut dia, UMKM juga memiliki peran strategis dalam mengurangi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja.

Selain itu, lanjut dia, UMKM merupakan pilar ekonomi kerakyatan yang tangguh dan mandiri dalam mendorong perekonomian nasional.

Untuk itu, kata dia, keberadaan UMKM harus didorong agar bisa lebih eksis lagi. "Kami sangat mendukung upaya pembentukan konsorsium UMKM di Pantura Timur Jateng," ujarnya.

Nantinya, kata dia, konsorsium tersebut diharapkan menjadi instrumen untuk mengembangkan usaha bersama.

Ia berharap, pemerintah, perguruan tinggi, dan industri mengambil peran agar usaha ini berkelanjutan karena paradigma industri tidak cukup mencari keuntungan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement