REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Trilogi, Aam Bastaman, menilai penggabungan Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristek dan Dikti) oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap langkah yang tepat. Menurutnya ini merupakan saat yang tepat untuk memacu budaya meneliti di Indonesia.
Aam menuturkan budaya meneliti di Indonesia masih rendah. Hasil penelitian dikalangan akademisi Indonesia jauh tertinggal bahkan jika dibandingkan dengan negara serumpun seperti Malaysia dan Singapura.
"Kalau kita bicara budaya riset di perguruan tinggi di Indonesia memang masih rendah termasuk di kalangan akademisi, padahal ini yang harus dibangun," kata Aam di Jakarta, Jumat (7/11).
Menurutnya ada paradigma yang salah tentang dunia penelitian. Penelitian masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Sebagian kalangan menganggap riset bukan hal yang penting. Profesi sebagai peneliti dianggap bukan hal yang menguntungkan. Dan meneliti hanya miliknya segelintir orang.
Padahal, lanjutnya, penelitian adalah permulaan dari pemecahan suatu masalah. Aam mencontohkan, di dunia industri sebelum mengeluarkan produk baru lebih dulu dilakukan riset. Seperti apa dinamika pasar, gaya hidup pasar hingga kebutuhan pasar diketahui melalui riset.
"Pengetahuan itu didapat berdasarkan riset dan kemudian diimplementasikannya," tambah Aam.
Di kalangan akademisi, Aam menuturkan, wacana penggabungan dikti dan ristek sejatinya sudah digagas di forum rektor awal tahun lalu. Keterkaitan dikti dan ristek dianggap lebih tepat karena pada dasarnya produk dari perguruan tinggi adalah riset.
"Mudah-mudahan ini menjadi langkah baru menyadarkan pentingnya riset, baik itu di kalangan akademisi maupun mereka yang berkecimpung di dunia itu," ujarnya.