REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA—Krisis lingkungan merupakan tantangan yang dihadapi umat manusia pada zaman ini. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pun kembali menyumbangkan karya ramah lingkungan berupa bus listrik.
Mengandalkan sumber energi listrik, moda transportasi alternatif tersebut dapat menekan biaya operasional hampir separuh bus bermesin diesel.
“Sebagai perbandingan, tarif listrik Rp 1200/Kwh, sedangkan solar non-subsidi adalah Rp 13 ribu/liter,” ujar Muhammad Nur Yuniarto, pimpinan proyek bus listrik tersebut, dijumpai di kampus ITS, Selasa (25/11).
Setiap 1 Kwh energi listrik mampu menggerakkan bus sejauh 3,9 kilometer. Angka tersebut jauh lebih hemat dibandingkan dengan bus diesel yang memerlukan 1 liter solar untuk bergerak sejauh 12 kilometer.
Nur menambahkan, penghematan tak hanya sampai di situ, kerena 20 persen daya dihasilkan panel surya yang dipasang di atap bus. Sehingga karya kolaborasi dosen dan mahasiswa tersebut diberi nama Elektrik Solar Bus (ESB).
“Energi surya digunakan untuk mengoperasikan pendingin ruangan, sistem rem, serta sistem lampu,” tutur Kepala Laboratorium Otomasi Mesin ITS tersebut.
Nur menjelaskan, ESB memiliki panjang 6 meter dan lebar 2,1 meter itu digerakkan oleh daya yang disimpan dalam dua buah baterai seberat 600 kilogram.
Baterai utama, menurut dia, berdaya 300 volt, disimpan di bagian belakang untuk menggerakkan motor. Baterai lainnya, menurut dia, berdaya 24 volt, disimpan di bagian depan untuk menampung energi matahari dari panel surya.
Dengan daya motor 30 Kilo-watt (Kw) dan sistem transmisi 1:10, menurut Nur, EBS mampu melaju dengan kecepatan 50 km/jam. Kecepatan itu memadai untuk digunakan di dalam kota.