REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Guru Besar Arsitektur Lanskap IPB, Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin menyodorkan konsep Water Front Landscape (WFL) sebagai solusi mengatasi banjir di Jakarta.
Dalam WFL diharapkan rumah- rumah yang berada di dekat DAS dibuat menghadap ke sungai dengan tidak memanfaatkan pinggiran untuk bangunan rumah. Dengan penataan rumah menghadap aliran sungai diharapkan masyarakat dapat membersihkan dan memeliharanya.
Untuk menghambat air mengalir ke hilir dibuat coakan-coakan tepi sungai dalam bentuk water cascade/kolam besar/kanal. '' Metode ini dapat menyediakan keuntungan yang lain yaitu dapat sekaligus dijadikan tempat rekreasi gratis untuk
masyarakat sekitar,'' kata Hadi.
Namun permasalahan saat ini yang kita jumpai di Indonesia adalah ekploitasi badan air yang berlebihan. Baik untuk memasok air bagi kebutuhan industri dan rumah tangga, sebagai area untuk mandi cuci kakus, maupun sebagai kubangan tempat sampah yang seolah-olah dapat menampung segala macam aneka limbah padat dan cair, kapanpun, dimanapun secara bebas dan gratis.
Lebih jauh lagi kawasan terestial mulai dari bantaran dan sepadan badan air ke daratan telah terjadi perubahan penggunaan lahan sedemikian cepat, perubahan dari
ruang-ruang terbuka hijau menjadi daerah terbangun. Bahkan mulai era 80 an ketika industri properti merebak maka banyak pengurugan dan penimbunan tanah pada badan air untuk mendapatkan area lahan yang saleable, yang bisa dibangun rumah dan dijual.
''Kondisi tersebut dengan tanpa penegakan hukum yang tegas, maka banyak ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru yang terdegradasi. Kondisi lingkungan daerah aliran sungai semakin memburuk dan memprihatinkan,'' ujarnya.