REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua DKM Masjid Itenas, Prijanto Saelan mengungkapkan, sumber dana pembangunan masjid Itenas berasal dari seluruh elemen yang ada di Itenas, mulai dari rektorat, dosen, mahasiswa, hingga karyawan lainnya. Dari hasil sumbangan tersebut, kata dia, terkumpul uang sebesar Rp 300 juta.
Uang tersebut kemudian digunakan untuk pembangunan masjid. Pembangunan masjid yang letaknya berdampingan dengan gedung serbaguna ini hanya berlangsung satu tahun. ‘’Karena gotong-royong itulah proses pembangunan masjid ini berjalan lancar,’’kata dosen teknik sipil ini memberi alasan.
Tak hanya saat mengumpulkan dana untuk pembangunan masjid. Saat merancang masjid ini pun, kata Prijanto, para dosen dari seluruh jurusan bergabung. Mereka yang mengajar arsitektur memberikan masukan, demikian pula dengan dosen teknik sipil, desain interior, hingga geodesi. Untuk dosen geodesi, imbuh dia, memberikan tenaga dan pikirannya dalam bentuk menetapkan arah kiblat.
‘’Jadi masjid ini bernar-benar mencerminkan kebersamaan berbagai elemen yang ada di kampus ini,’’ujar dia.
Sebagai kampus masjid, lanjut Prijanto, tempat ibadah ini didesain sangat dinamis. Berbede dengan masjid di permukiman, imbuh dia, masjid ini dirancang agar memudahkan berbagai kegiatan keagamaan. Kegiatan di masjid ini tak hanya diisi oleh kalangan mahasiswa dan dosen.
Masyarakat umum pun, imbuh dia, rutin memanfaatkan masjid ini untuk kegiatan ceramah. Ceramah agama yang diselenggarakan sebuah kelompok pengajian dilakukan setiap Kamis malam dan Sabtu sore. ‘’Kelompok pengajian ini dari luar kampus. Dan mereka sudah lama mengadakan kegiatan tersebut,’’tutur dia.
Diki Hasan, mahasiswa semester enam jurusan teknik industri merupakan aktivias masjid tersebut. Saat dijumpai ROL menjelang shalat dzuhur, ia tengah berdiskusi soal agama dengan rekan-rekannya di masjid tersebut. Menurut dia, kegiatan keagamaan di masjid ini sangat dinamis.
Para mahasiswa yang tergabung dalam KMI rutin menggelar berbagai kegiatan. Salah sau kegiatan yang menurut dia sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar adalam program adik asuh. Dalam program ini, KMI merekrut sebanyak 32 siswa SD dan SMP yang tinggal di sekitar kampus. ‘’Mereka adalah kalangan tak mampu,’’ujar dia.
Selain mendapatkan bantuan peralatan penunjang sekolah, kata Diki, adik asuh ini juga mendapat bimbingan belajar baca dan tulis Alquran. Untuk membantu adik asuh, imbuh dia, anggota KMI menggalang dana dari mahasiswa. Setiap bulan, imbuh dia, adik asuh ini mendapat bantuan peralatan penunjang sekolah.
‘’Kami tak memberikan banuan dalam bentuk uang kepada mereka. Tapi peralatan penunjang kegiatan sekolah. Selain itu kami pun memiliki progam sahabat adik asuh,’’tutur dia.