REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merintis jalan menuju universitas riset kelas dunia. Banyak upaya perubahan ditempuh.
Kepala Badan Koordinasi Pengendalian dan Komunikasi Program (BKPKP) Ahmad Rusdiansyah mengatakan, sejak empat tahun terakhir banyak kemajuan yang telah dicapai ITS. Di bidang riset, terjadi peningkatan signifikan, mulai dari jumlah penelitian hingga anggaran riset sendiri.
“Jumlah judul penelitian meningkat dari 295 pada 2010, menjadi 466 pada 2014. Artikel dalam jurnal internasional meningkat dari 90 pada 2010, menjadi 239 pada 2014. Juga paten, dari 11 pada 2010, menjadi 60 pada 2010,” ujar Rusdiansyah, Selasa (3/2).
Produktivitas riset tersebut, menurut Rusdi tidak terlepas dari program dorongan untuk dosen berupa insentif. Anggaran riset sendiri, menurut Rusdi meningkat, dari Rp 15,8 miliar pada 2010, menjadi Rp 59,9 miliar pada 2014. Peningkatan tersebut berdampak pada penguatan anggaran untuk setiap riset, yakni dari Rp 16,9 juta pada 2010, menjadi 59,89 juta pada 2014.
Pencapaian tersebut, menurut dia, tidak terlepas dari komitmen reformasi tatakelola lembaga, salah satunya adalah mendorong manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel. Terlebih, menurut dia, ITS telah mendapatkan status Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).
Rektor ITS Tri Yogi menyampaikan, status PTN BH yang baru disandang ITS akan menjadi tantangan bagi rektor baru terpilih. Dengan waktu dua tahun masa transisi, menurut dia, ITS didorong mandiri mengelola keuangan dan mengembangkan lembaga.
Di akhir masa jabatannya, Tri Yogi mengaku puas dengan sejumlah capaian yang diraih. Meski begitu, ia mengakui ada beberapa program yang belum terwujud di masa kepemimpinannya. Hal itu adalah membangun perumahan tambahan untuk pegawai.
“Kita punya banyak pegwai domisilinya jauh-jauh. Ada di Sidoarjo, Gresik. Tapi sayang belum terwujud di zaman saya,” ujar dia.