REPUBLIKA.CO.ID,
SURABAYA--Wali Kota Surabaya. Tri Rismahrini menantang menantang Unair untuk mewujudkan "mimpi" dalam mewujudkan Surabaya sebagai pusat kesehatan nasional dan bahkan internasional. Risma meminta Unair menyerahkan data-data kebutuhan dan menjanjikan akan memenuhi kebutuhan itu.
Dirut RSKI Unair Prof Dr dr Boerhan Hidayat SpA(K) mengaku keinginan orang nomer satu di Surabaya itu sesuai dengan gagasan Unair menjadikan Surabaya sebagai "Surabaya Health Science Center" (Surabaya sebagai pusat riset kesehatan) atau SHSC.
"Kalau SHSC itu terwujud, maka orang se-Indonesia bisa datang ke Surabaya untuk mengobati penyakit apa saja, karena Unair dengan rumah sakit yang dimiliki memang mempunyai keahlian untuk mengobati penyakit yang berkembang di sini, bahkan di dunia. Kita memiliki sarana dan ahlinya," katanya.
Namun, pihaknya selama ini terkendala untuk surat izin praktek dokter yang tidak bisa digunakan pada ketiga rumah sakit milik Unair itu. "Kita sudah dibantu Dinas Kesehatan dengan surat tugas sementara, tapi hanya berlaku setahun," katanya.
Padahal, satu surat izin praktek yang berlaku untuk tiga rumah sakit itu penting, sebab pasien tidak mungkin dipindah dari RSUD dr Soetomo di Karangmenjangan ke RSUA atau RSKI di Mulyorejo, bahkan pasien infeksi RSKI juga riskan untuk dibawa ke RSUD, karena infeksi itu menular.
"Kalau ketiga rumah sakit itu bisa disinergikan dengan surat izin praktik yang berlaku secara lintas, maka Surabaya sebagai pusat kesehatan nasional itu bukan mimpi lagi, sebab Unair memiliki peralatan dan ahli," katanya.
Peralatan dan tenaga ahli yang dimiliki juga bukan hanya untuk penyakit seperti malaria, demam berdarah, difteri, atau TBC, bahkan penyakit "dunia" seperti Flu Burung, SARS, MERS, Ebola, steam cell, HIV/AIDS pun bisa.
RSKI memiliki tujuh lantai dengan empat poliklinik yakni poli pencegahan, poli infeksi umum, poli infeksi khusus, dan poli konsultan.
"Poli pencegahan itu semisal jamaah umrah bisa vaksinasi meningitis, sedangkan poli infeksi umum itu untuk segala penyakit seperti panas, batuk, sesak, kuning, jamur, dan diare," katanya.
Untuk poli infeksi khusus ada tiga pembagian yakni penyakit dengan penularan udara (TB), penularan melalui kontak (ebola dan difteri), dan penularan melalui droplet atau cipratan ludah. "Poli konsultan dilayani dokter ahli THT, obgyn, dan mata yang siaga penuh," katanya.
Dia menjelaskan RSKI dilengkapi fasilitas terbaik. Salah satu alat tercanggih yang dimiliki adalah microarray DNA. "Di Indonesia, peralatan itu hanya ada di RSKI. Satu alat lagi ada di Singapura. Alat tersebut bisa memeriksa penyakit sampai level DNA dalam satu hari," katanya.
Tidak hanya itu, peneliti asing untuk penyakit infeksi dan tropik juga terlibat, di antaranya dari Amerika, Cina , dan Jepang. "Jadi, kita bisa bikin vaksin flu burung yang diakui Amerika. Kita juga pernah menangani pasien Ebola dari Jombang," katanya