REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Seni Sunda, Bagi Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia, adalah media untuk bersyiar atau berdakwah. Oleh karena itu, dalam karya seninya banyak yang mengarah kepada kebaikan.
Seperti dalam salah satu sajaknya yaitu "Tobat". Tobat ini menceritakan seorang anak perempuan, karena ia bergaul dengan teman yang salah, melakukan pergaulan bebas kemudian ia hamil. Orang tuanya pada mulanya tidak bisa menerima ia yang tengah hamil. Namun, kemudian orang tuanya menerima kembali dan membimbingnya untuk taubat.
Juga, Khalifah Umar bin Khaththab yang bertaubat ketika mengatakan 'Nabi Muhammad tidak pernah mati'. Kemudian, ia diingatkan oleh Abu Bakar, Nabi Muhammad sama seperti nabi-nabi terdahulu lainnya yang pasti meninggal juga. Umar seketika terduduk dan menangis.
Berbagai sajak tersebut ditampilkan dalam sebuah pertunjukan bertema Narasi Seni Ganjar Kurnia. Acara ini merupakan Pidangan Seni Budaya Rumawat edisi ke 77 yang diadakan di Grha Sanusi Hardjadinata pada Senin (30/3).
Karya-karya Ganjar kurnia ini ditampilkan dalam berbagai bentuk kemasan. Seperti, Oratorium, Gending Karesmen, Opera Sunda, Lagu, Syair keur Syiar, Sajak, Fiksi Mini dan Haikuku. "Ini kan semacam pertanggungjawaban saya selama ini dalam berseni. Saya perlu membuat pagelaran menyatukan karya yang pernah saya buat sajak, hakikuku, fiksi mini dan lainnya. Akhirnya, pada kesempatan kali ini dipagelarkan," ujar Ganjar saat ditemui usai narasi seninya.
Untuk karya seni yang Ganjar pagelarkan kali ini, ia telah membuatnya sejak 2006. "Sajak pertama ini agak seriusan membuatnya dengan melihat kondisi masyarakat saat itu dan dua hari pasca pembuatan sajak ini kemudian terjadi pembredelan tempo," kata Ganjar.
Ganjar mengatakan, pagelaran ini hanya latihan satu kali saja. Karena, baginya seni tidak hanya sebatas ekspresi keindahan visual maupun audio. Namun juga media pengungkapan pemikiran, rasa kritis dan pesan moral terhadap sebuah situasi yang terjadi. Baik itu sosial, budaya, politik, hukum, kebijakan, ataupun birokrasi/hierarki.
Seni Sunda sebagai media pengungkapan sebagian besar karya-karya Ganjar, tidak hanya diperlakukan untuk dilestarikan. Namun, harus mampu menjadi media untuk mengungkapkan gagasan kekinian. Sehingga dapat dinikmati, disukai dan bermanfaat untuk untuk generasi masa kini.
Sebelumnya, ia juga pernah mengadakan pagelaran seni seperti ini pada 1995 bertema Gendeng Karasemen. Pagelaran ini membahas soal peristiwa Sampang yang menyangkut tanah. Bagaimana tanah berubah menjadi lapangan golf, dan sebagainya.
Menurut salah satu penonton dari Teater Bel Bandung Eri Anwar mengapresiasi pertunjukan narasi seni yang dibuat oleh Ganjar. "Pak Ganjar memang pantas membuat ini. Ini kan semacam kaleidoskop dari karya-karyanya. Jadi urutan dia berbicara itu semacam pertanggungjawaban apa yang telah dia lakukan telah berkesenian membuat karya. Bagus kok," kata Eri.
Meskipun begitu, Eri mengatakan dalam pertunjukan ini diibaratkan seperti meramu antara kopi, teh dan berbagai macam minuman. Sehingga, ia merasa sedikit tidak begitu enak. Namun, bagi Eri ini salah satu pelestarian budaya di mana saat ini masih ada orang Sunda yang tertarik dan mengangkat seni sunda. "Banyak yang sekarang tidak tahu dan hanya sedikit orang Sunda yang mengangkat seni Sunda," ujarnya.