REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Novelis ternama Indonesia, Habibburahman El Shirazy, memberikan ulasan secara mendalam tentang novel terbarunya yang berjudul ‘Api Tauhid, Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid’. Novel yang bercerita tentang perjuangan ulama Turki, Badiuzzaman Said Nursi itu, tidak hanya memuat pesan cinta, melainkan sejarah perjuangan Islam di Turki.
Bedah novel yang diberi tema ‘Menghidupkan Sejarah Dengan Pena’ itu turut dihadiri Rektor UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Munzir Hitami. Kang Abik mengatakan salah satu alasan elaskan bahwa salah satu alasan novel terbarunya ini berisikan tentang sejarah lantaran kekuatan. Sejarah bisa memberikan berbagai pelajaran.
“Badiuzzaman Said Nursi datang ketika masa itu diselimuti kegelapan. Pemerintahan saat itu, Daulah Usmaniyah, sedang di doktrin oleh paham-paham atheis dan anti Islam. Tapi, Badiuzzaman Said Nursi tidak menentang pemerintah kala itu dengan permusuhan dan kekerasan, melainkan dengan cinta. Disinilah saya merasa kagum. Beliau istimewa. Beliau ibaratkan sebuah cahaya,” ujar Kang Abik, menjelaskan sedikit isi novel "Api Tauhid, Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid" di İslamic Center, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Rabu (15/4)
Novel Api Tauhid menceritakan sejarah perkembangan Islam fase terakhir Kekhalifahan Usmani di Turki. Sejarah yang menggambarkan perjuangan ulama Turki, Badiuzzaman Said Nursi, dalam mempertahankan sendi-sendi Islam di wilayah Turki terangkum dalam novel ini.
Pada kesempatan yang sama, sejarawan terkemuka Turki, Ali Unsal, memberikan apresiasi yang cukup besar atas ketertarikan masyarakat Indonesia dalam mendalami sejarah Islam di Turki. Beliau juga menambahkan keterangan-keterangan secara terperinci mengenai Badiuzzaman Said Nursi yang merupakan tokoh ulama Islam yang dideskpisikan dalam novel tersebut.
Ali Unsal yang juga merupakan salah satu murid generasi ketiga sang ulama menuturkan bahwa badiuzzaman Said Nursi lahir dalam keluarga yang sangat taat pada agama di salah satu kota kecil di Turki bernama Nurs. Saat kecil, sudah belajar berbagai kitab-kitab dari berbagai ulama di sekitaran Anatolia.
"Said Nursi, mampu memahami pelajaran secara cepat dan tepat, yang semestinya membutuhkan waktu yang lama. Dalam perjalanannya, Said Nursi menjadi ulama yang dicintai ribuan jamaahnya. Beliau merupakan cahaya yang menerangi hati. Melalui karya-karyanya, beliau mengajarkan cinta dan ketulusan dalam menjalani hidup yang merupakan hadiah dari Yang Maha Kuasa," ungkap Ali Unsal.