REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Institut Teknologi Bandung (ITB), saat ini sudah mengantongi 13 program study (Prodi) yang terakreditasi internasional. Di antaranya ada dari Amerika, Jepang, Inggris dan Korea. Karena itu, tahun ini sebagai pilot project, ITB akan membuka satu kelas internasional. Yakni, Prodi manajemen.
‘’Kita lihat polanya kalau sudah ketahuan polanya tahun depan kita akan banyak membuka kelas internasional. Kalau kita lihat yang sudah terakreditasi 13 ya berarti kami tawarkan 12 lagi,’’ ujar Kadarsah Suryadi kepada wartawan, Senin (11/5).
Menurut Kadarsah, pertimbangan ITB membuka kelas internasional karena saat ini sudah ada 13 prodi yang terakreditasi internasional. Artinya, kalau sudah ekpektasi internasional, ITB memiliki tantangan untuk membuka juga kelas internasional. Namun, pembukaan kelas internasional itu tak mungkin bisa buka sekaligus.
‘’Makanya, satu dulu kita coba Prodi kelas internasional yaitu manajemen,’’ katanya.
Namun, kata dia, nantinya akan dilihat yang siap yang mana. Karena, dalam pembukaan kelas internasional ini ada beberapa kendala. Ke depan, kelas internasional ini tak hanya berbahasa Inggris tapi harus ada mahasiswa asing. Artinya, para dekan nanti harus hunting dan punya strategi ke internasional untuk mendapatkan mahasiswa asing.
‘’ Itu yang kita sebut gradual karena kan tiap bidang study tingkat kesulitannya berbeda-beda untuk mendapatkan mahasiswa asing,’’ katanya.
Kadarsah mencontohkan, antara bidang study ICT, arsitek dan seni rupa, kendala dalam merekrut mahasiswa asingnya akan berbeda. Untuk ICT, saat ini sudah banyak Negara maju yang jauh lebih maju pendidikan ICT nya. Jadi, orang asing akan banyak mencari ke Negara yang lebih maju tersebut. Tapi, prodi yang memiliki kekhasan nasional seperti arsitek dan seni rupa, daya tariknya akan jauh lebih tinggi bila dibandingkan ICT.
‘’ Itu sebabnya, saya akan gradual mana yang sudah siap silahkan maju. Tapi, kita akan kasih Pekerjaan Rumah ke semua prodi untuk hunting calon peserta luar negari,’’ katanya.
Untuk kelas internasional prodi manajemen, kata dia, daya tampung yang disiapkan sekarang 40 orang. Saat ini, kelas internasional yang sudah berjalan adalah Prodi Farmasi dengan kuota kelasnya sebanyak 40 siswa.
Kadarsah mengatakan, dari 22 ribu mahasiswa yang ada di ITB, komposisi mahasiswa asingnya sebanyak 400 mahasiswa. Namun, mahasiswa asing tersebut ada yang regular, ada yang masa pendidikannya 2-3 tahun untuk S2, dan ada juga yang programnya hanya 3 pekan atau 3 bulan.
‘’Ya lama pendidikan programnya tergantung yang minta ke kami,’’ katanya.
Terkait proses seleksi mahasiswa asing, kata dia, sebenarnya memang tidak berupa SNMPTN dan SMBPTN. Namun, bentuk tesnya ada yang tertulis disesuaikan dengan masing-masing Prodi.
ITB berharap, kata Kadarsah, dengan pembukaan kelas internasional ini ada atmosfer internasional yang menjalar pada mahasiswa ITB. Jadi, nantinya mereka tak akan kagok lagi berbicara dengan orang asing karena sudah terbiasa.
‘’Lalu, kalau kita ngirim anak kita ke luar negeri dananya ga cukup kalau 22 ribu dikirim. Jadi, mahasiswa asingnya yang stay di sini,’’ katanya.
Kelas internasional ini, kata dia, berbeda dengan kelas lainnya karena mahasiswanya memiliki treatmen yang dibedakan secara khusus. Terutama, terkait komunikasi harus ada ciri khas sendiri dan terakreditasi internasional.
‘’Perguruan tinggi lain, sudah banyak yang membuka kelas internasional. Di antaranya, UI, Unpad, dan UGM,’’ katanya.