REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan segera dimulai akhir tahun ini. Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) menyiapkan empat strategi untuk menghadapi MEA. Direktur LP3I, Jainudin Akhmad mengatakan strategi pertama yang dilakukan yaitu bekerja sama dengan kampus di luar negeri.
"Beberapa hal sudah kami upayakan untuk menyambut MEA ini," ujar dia, saat ditemui, Kamis (27/8).
Saat ini LP3I sudah bekerjasama dengan tiga universitas, Malaysia, Jepang, dan New Zealand. Kurikulum LP3I dan kurikulum kampus di ketiga negara tersebut sudah disamakan sehingga setelah dua tahun mahasiswa LP3I belajar di Indonesia, mereka bisa melanjutkan satu tahun di tiga kampus tersebut dan mendapatkan gelar disana.
Strategi kedua, LP3I memberikan sertifikat untuk mengukur skil masing-masing lulusan. Jadi, semua output LP3I ini yang akan dilihat adalah skil masing-masing mahasiswanya. Kini, LP3I sudah bekerjasama dengan BNSP untuk mendirikan lembaga sertifikasi profesi. Sertifikasi ini sudah diakui internasional dan akan diberikan bersamaan dengan ijazah kelulusan.
"Jadi, selain ijazah mereka harus memiliki sertifikat standar kompetensi, makanya kita butuh sertifikat itu," ujranya.
Ketiga, menciptakan asesor berkompetensi. Saat ini, LP3I sudah melahirkan 220 asesor atau dosen-dosen yang berkompetensi. Selain itu, LP3I juga melakukan penyelarasan kurikulum. Ada dua kurikulum yang akan diselaraskan yakni berbasis KKNI dan SKKNI. Kurikulum ini harus disamakan dengan dunia industri sehingga kompetensi yang dimiliki mahasiswa ini sesuai dengan kebutuhan MEA. Menurut pandangan Jainudin, Indonesia belum bisa bersaing dalam menghadapi MEA. Untuk menciptakan daya saing, ini terdiri dari beberapa unsur dan menurutnya belum merata dan belum terlalu fokus mengerjakan hal itu.