REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengembangan sumber energi baru dan terbarukan penting diupayakan untuk mengantisipasi krisis energi. Gas hidrogen (H2) merupakan salah satu energi alternatif yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Selain bersih dan memiliki nilai kalor yang tinggi, gas ini dapat diproduksi dari limbah organik atau biomassa secara fermentasi.
Ampas tahu merupakan produk sampingan industri pengolahan berbahan dasar kacang kedelai yang sangat berpotensi digunakan sebagai bahan baku produksi hidrogen. Disamping jumlah yang melimpah dan bersifat terbarukan, limbah ini masih mengandung 40 hingga 60 persen karbohidrat. Namun demikian konversi ampas tahu menjadi hidrogen masih sangat rendah dibanding jumlah karbohidrat dalam limbah. Hal ini terungkap dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Teknik UGM yang dibawakan oleh Amir Husni.
“Kelarutannya dalam air diduga kemungkinan menjadi penyebab rendahnya konversi ampas tahu menjadi hidrogen,”kata Amir Husni.
Ia mempertahankan disertasi berjudul 'Studi Fermentasi Anaerob Ampas Tahu Untuk Produksi Hidrogen:Pengaruh Perlakuan Asam dan Pencernaa-Bersama'. Dosen Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ini menyebutkan, sebagian besar studi yang dilaporkan hanya fokus pada penggunaan karbohidrat sebagai substrat untuk produksi hidrogen. Bahan-bahan karbohidrat dan protein sering terdapat secara bersama-sama dalam kebanyakan limbah organik. Maka itu ia mencoba mengklarifikasi karakteristik fermentasi hidrolisat ampas tahu yang dicerna bersama dengan urea.