Kamis 01 Oct 2015 20:20 WIB

Polibag Berbahan Enceng Gondok Berbuah Prestasi

Seekor burung pelikan mencari makan diantara eceng gondok dan sampah Waduk Pluit, Jakarta Utara, Rabu (2/7).(Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seekor burung pelikan mencari makan diantara eceng gondok dan sampah Waduk Pluit, Jakarta Utara, Rabu (2/7).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketekunan meneliti dan tanpa lelah mencari inspirasi dapat membuahkan prestasi. Hal itulah yang ditunjukan Iis Tentia Agustin, Gempur Irawan, dan Nurlia Damayanti ketika meraih Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional ‘Agrotech’s Fair 2015’ yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret (UNS).

 

Ketiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mampu meraih juara berkat solusi penggunaan plastik ramah lingkungan atau biodegradable (dapat terurai) yang terbuat dari enceng gondok.

Enceng gondok mengandung selulose atau serat yang bisa menggantikan plastik. Selama ini enceng gondong dianggap sebagai hama atau gulma bagi masyarakat.

“Ide ini berawal dari kesadaran kami mengenai permasalahan lingkungan bahwa limbah plastik sulit terdegradasi dan menumpuk. Plastik tidak hanya dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, namun di bidang pertanian pun juga sering menggunakan plastik. Contohnya, plastik sebagai polibag benih,” ungkap Gempur seperti dikutip dari keterangan pers tertulis diterima republika.co.id, Kamis (1/10).

Mahasiswa Biokimia, FMIPA IPB ini mengatakan, melakukan penelitian enceng gondok ini sejak tingkat pertama di laboratorium kerja Dr. Irzaman, Staf Pengajar Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB, yang didalamnya tersedia fasilitas laboratorium.

"Beliau mengizinkan kami menggunakan fasilitas laboratorium kerjanya karena melihat kami tekun dan menyukai dunia penelitian. Waktu itu, Dr. Irzaman adalah konselor saya di Tingkat Persiapan Bersama (TPB),” kata dia.  

Di daerah asal Gempur, Garut, potensi enceng gondok melimpah. Bersama dengan gurunya di SMAN 11 Garut, Gempur juga menggunakan laboratorium sekolahnya untuk uji coba eco-bag dalam bentuk polibag enceng gondok pada petani setempat.

Polibag buatan timnya dapat digunakan untuk menanam benih cabai di daerahnya. “Enceng gondok seberat lima kilogram bisa menghasilkan 100 polibag dengan diameter empat sentimeter.

Keunggulan polibag ini petani bisa langsung menanam tanaman cabai tanpa perlu melepas polibag enceng gondok. Polibag akan terurai dengan sendirinya menjadi pupuk yang menambah unsur hara yang dapat menyuburkan tanah,” jelas penerima Beasiswa Bidik Misi ini.

Kelemahan polibag ini, kata mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Forum for Scientific Studies (UKM  FORCES) IPB ini, kualitasnya belum terstandar sehingga belum bisa dibuat dalam jumlah massal atau komersial. “Perlu penyempurnaan  dan penelitian lebih lanjut,” ujar Gempur.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement