REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) meningkatkan produksi dan kualitas daging sapi lokal melalui penggemukan berbasis serealia pada taraf energi yang berbeda. Para peneliti tersebut adalah Rudy Priyanto, Asnath Maria Fuah, Edit Lesa Aditia, Muhammad Baihaqi dan Muhammad Ismail dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Penelitian ini telah masuk dalam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) Agustus 2015.
Rudi Priyanto mengatakan penelitian ini dilakukan untuk mengkaji performa produksi dan kualitas daging sapi lokal yang digemukkan dengan ransum berbasis serealia pada taraf energi pakan yang berbeda. Hal ini dilakukan mengingat sapi lokal merupakan salah satu andalan untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri, meskipun tingkat produktivitas dan kualitas dagingnya relatif rendah.
Penelitian ini menggunakan sapi Sumba Ongole (SO) sebanyak sembilan ekor dengan rataan bobot awal 254,67+/- 20,7 kilogram dan umur sapi (18-30 bulan). Sapi dipelihara selama empat bulan dengan perlakuan pakan tiga taraf energi berbeda, yaitu ransum energi rendah (ER), energi sedang (ES), dan energi tinggi (ET).
Kandungan protein dari ketiga ransum tersebut relatif sama, yaitu berkisar 12,42-12,96 persen. Parameter yang diamati meliputi performa sapi (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian, dan konversi ransum), sifat -sifat karkas (bobot karkas, persentase karkas, tebal lemak punggung, dan luas urat daging mata rusuk ke 12/13), serta kualitas daging (nilai pH, daya mengikat air, keempukan, susut masak, marbling, score, dan warna daging).
Hasil penelitian menunjukkan sapi dengan ransum ET memiliki bobot hidup dan nilai marbling yang lebih tinggi, serta penggunaan ransum lebih efisien dibandingkan dengan ransum ER dan ES. Performa produksi dan kualitas daging sapi lokal dapat ditingkatkan melalui penggemukan dengan ransum berenergi tinggi.
Rudy Priyatno dalam penelitiannya menyampaikan, pada periode ketiga, perbedaan taraf energi memberikan dampak terhadap bobot badan, diduga sapi yang diberikan perlakuan ET merespons baik perlakuan dalam bentuk pertumbuhan kompensasi yang maksimal. Pertumbuhan kompensasi merupakan respons tubuh ternak berupa percepatan penambahan masa tubuh akibat adanya perubahan manajemen pemberian pakan maupun komposisi nutrisi pakan.
Selain itu diakhir periode pemeliharaan, bobot badan tidak berbeda nyata dikarenakan sapi yang diberikan perlakuan ET dan ES telah melalui kecepatan pertumbuhan maksimum, sedangkan sapi yang diberikan perlakuan ER baru menunjukkan respons pertumbuhan yang optimal. Bobot akhir penggemukan yang dicapai pada penelitian ini yaitu 350.375 kg. Perlakuan ET untuk mencapai bobot akhir memerlukan waktu pemeliharaan relatif singkat, yaitu tiga periode. Sedangkan, perlakuan ES maupun ER untuk mencapai bobot akhir, memerlukan rentang waktu lebih lama mencapai empat periode. Pola responpertumbuhan masing masing perlakuan erat kaitan dengan pola konsumsi.
Sistem penggemukan intensif yang dilakukan adalah memberi pakan konsentrat dari limbah pertanian dan industri pertanian serta konsentrat komersial. Penggemukan (finishing) sapi berbasis serealia seperti jagung atau sorgum banyak dilakukan di negara-negara penghasil sapi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemukan sapi berbasis tanaman serealia seperti jagung atau sorgum yang kandungan energinya relatif tinggi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan sapi 0,90-1,54 kg per hari.